takkan hidup tanpa ilmu...
Karomah beliau yang lain juga diperlihatkannya di saat mengunjungi
salah satu masjid di Jakarta yakni Masjid Pekojan. Masjid yang dibangun
oleh salah seorang keturunan cucu Rasulullah saw Sayyid Utsmân bin ‘Agîl
bin Yahya al-‘Alawi. Masjid Ulama dan Mufti Betawi itu ternyata
memiliki kiblat yang salah. Padahal yang menentukan kiblat bagi mesjid
itu adalah Sayyid Utsmân sendiri.
Kemudian, beliau kedatangan anak remaja (Syaik Nawawi) yang
menyalahkan arah kiblatnya. saat seorang anak remaja yang tak dikenalnya
itu menyalahkan penentuan kiblat, kagetlah Sayyid Utsmân. Diskusipun
terjadi dengan seru antara mereka berdua. Sayyid Utsmân tetap
berpendirian kiblat Mesjid Pekojanya itu sudah benar. Sementara Syaikh
Nawawi remaja berpendapat arah kiblat mesjidnya itu harus dibetulkan.
Saat kesepakatan tak bisa diraih karena masing-masing mempertahankan
pendapatnya dengan keras, Syaikh Nawawi meletakan tangan kirinya ke
bahu Sayyid Utsmân (merangkul) dan tangan kananya menunjuk sesuatu,
Syaikh Nawawi berkata:
“ Lihatlah Sayyid!, itulah Ka΄bah tempat Kiblat kita. Lihat dan perhatikanlah! Tidakkah Ka΄bah itu terlihat amat jelas? Sementara Kiblat masjid ini agak kekiri. Maka perlulah kiblatnya digeser ke kanan agar tepat menghadap ke Ka΄bah”. Ujar Syaikh Nawawi remaja”.
“ Lihatlah Sayyid!, itulah Ka΄bah tempat Kiblat kita. Lihat dan perhatikanlah! Tidakkah Ka΄bah itu terlihat amat jelas? Sementara Kiblat masjid ini agak kekiri. Maka perlulah kiblatnya digeser ke kanan agar tepat menghadap ke Ka΄bah”. Ujar Syaikh Nawawi remaja”.
Sayyid Utsmân termangu dan keheranan. Ka΄bah yang ia lihat dengan
mengikuti telunjuk Syaikh Nawawi remaja memang terlihat jelas. Sayyid
Utsmân merasa takjub dan menyadari remaja yang bertubuh kecil di
hadapannya ini telah dikaruniai kemuliaan, yakni terbukanya nur
basyariyyah. Dengan karamah itu, di manapun beliau berada Ka΄bah tetap
terlihat. Dengan penuh hormat, Sayyid Utsmân langsung memeluk tubuh
kecil beliau. dan berjabat tangan sambil mencium tanganya, ketika Sayyid
Utsmân ingin mencium tanganya, ditariklah tanganya (Syaikh Nawawi),
Sayyid Utsmân pun kebingungan mengapa beliau tidak mau?, Sayyid Utsmân
pun bertanya dan Syaikh Nawawi menjawab: “Karena saya tidak pantas untuk
bersalaman sambil dicium begitu oleh mu”. Subhanallah alangkah bagusnya
akhlak beliau. Sampai saat ini, jika kita mengunjungi Masjid Pekojan
akan terlihat kiblat digeser, tidak sesuai aslinya.
0 komentar:
Posting Komentar