Keutamaan Bulan Rajab (Hadis ke-5)

Selasa, 25 Desember 2012

takkan hidup tanpa ilmu...

Hadis ke-5:




ألا إن رجب شهر الله الأصم, فمن صام منه يوما إيمانا واحتسابا استوجب عليه رضوان الله الأكبر, فمن صام منه يومين لا يصف الواصفون من أهل السماء والأرض ما له عند الله من الكرامة, ومن صام ثلاثة أيام عوفي من كلّ بلاء الدنيا وعذاب الآخرة والجنون والجذام والبرص ومن فتنة الدجال, ومن صام سبعة أيام غلقت عنه سبعة أبواب جهنم, ومن صام ثمانية أيام فتحت له ثمانية أبواب الجنة, ومن صام عشرة أيام لم يسأل من الله شيئا إلاّ أعطاه إياه, ومن صام خمسة عشر يوما غفر الله تعالى ذنوبه ما تقدم وبدّله بسيئاته حسنات ومن زاد, زاد الله أجره
"Ingatlah bahwa sesungguhnya bulan Rajab itu adalah bulan Allah yang bisu. Maka siapa berpuasa pada bulan ini selama satu hari karena iman dan mengharapkan pahala, maka dia berhak mendapatkan ridha Allah Yang Maha Besar; Siapa berpuasa pada bulan ini selama dua hari, maka para penghuni langit dan bumi tidak dapat menggambarkan kemuliaan yang diperolehnya di sisi Allah, Siapa berpuasa selama tiga hari, maka dia akan selamat dari segala bencana di dunia, azab di akhirat, gila, penyakit kusta/lepra, penyakit belang dan fitnah Dajjal; Siapa berpuasa selama tujuh hari, maka tujuh pintu neraka Jahannam akan ditutup baginya; Siapa berpuasa selama delapan hari, maka delapan pintu surga akan dibukakan baginya; Siapa berpuasa selama sepuluh hari, maka dia tidak akan meminta apapun kepada Allah, melainkan Allah pasti memberinya; Siapa berpuasa selama lima belas hari, maka Allah Ta'ala akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan mengganti keburukan-keburukannya dengan kebaikan-kebaikan; dan Siapa menambah (hari berpuasa), maka Allah menambah pahalanya."
Takhrij Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-baihaqi dalam al-Syu'ab dan Fadhail al-Auqat dan al-Asfahani dalam al-Targhib. Semuanya melalui Usman ibn Mathar dari 'Abd al-Ghafur dari 'Abd al-'Aziz ibn Sa'id dari bapaknya.
Hukum Hadis: Maudhu'/Palsu
Dalam sanad al-Baihaqi terdapat beberapa perawi yang dha'if, amat dha'if dan seorang yang dituduh meriwayatkan hadis palsu dari perawi tsiqah. Di anataranya adalah Usman ibn Mathar, dia dha'if menurut Abu Hatim, al-Nasa'i, al-Dzahabi dan Ibn Hajar. Abu Shalih 'Abd al-Ghafur al-Wasithi, menurut al-Bukhari mereka meninggalkannya dan hadisnya munkar (تركه وهو منكر الحديث ). Ibn Adiy berkata: Dia dha'if dan hadisnya munkar (ضعيف منكر الحديث ). Al-Nasa'i berpendapat dia ditinggalkan hadisnya (متروك الحديث ). Ibn Hibban juga menyatakan bahwa dia meriwayatkan hadis-hadis palsu dari perawi tsiqah (كان يروي الموضوعات عن الثقات ).
Al-Baihaqi yang meriwayatkan hadis ini hanya mengatakan bahwa sanadnya dha'if, akan tetapi Ibn Hajar yang diikuti oleh Ibn Arraq menghukuminya dengan Palsu.

Sumber: Buku Hadits-Hadits Lemah & Palsu dalam Kitab Durratun Nasihin, Karya DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.

0 komentar:

 
 
 

Berikan comment anda..