takkan hidup tanpa ilmu...
Di Bangkalan Madura, hidup sepasang suami-isteri yang cukup bahagia.
Pada suatu hari, sang suami berkata kepada isterinya. “Bu, saya ingin
sekali sowan (berkunjung) ke Kyai Kholil,” katanya pada suatu pagi.
“Itu bagus sekali Pak, tetapi apa yang akan kita bawa sebagai
oleh-oleh kepada Kyai Kholil, kita tidak mempunyai apa-apa kecuali
sebuah bentul,” jawab isterinya.
“Tidak apa-apa, bentul itu saja yang kita bawa. Asalkan kita ikhlas,
Insya Allah akan diterima,” tegas sang suami meyakinkan isterinya.
Maka berangkatlah suami isteri tersebut ke Kyai Kholil. Dengan
berbekal tawakkal dan sebuah bentul, mereka yakin akan diterima Kyai
Kholil dengan baik. Bentul adalah makanan sangat sederhana sejenis
talas. Sesampainya di kediaman Kyai Kholil kedatangannya sudah ditunggu.
Mereka disambut dengan hangat.
“Kyai, saya tidak membawa apa-apa, hanya sebuah bentul ini yang bisa kami haturkan untuk Kyai.” ucap sang suami rada malu-malu.
“Wah kebetulan, saya memang ingin makan bentul,” jawab Kyai Kholil menghibur.
Kemudian Kyai Kholil memanggil beberapa santri dan menyuruhnya untuk
merebus bentul yang baru diterimanya itu. Tak lama setelah itu, santri
datang membawa bentul yang sudah direbus itu. Kyai Kholil kelihatan
sangat senang dan suka terhadap bentul itu, lalu dimakannya sampai
habis.
Suami-isteri yang sowan ke Kyai Kholil itu merasa senang, sebab apa yang dikhawatirkan selama ini menjadi kegembiraan.
Beberapa hari kemudian, suami-isteri itu ingin sowan kembali ke kyai
Kholil. Masih segar di ingatan suami isteri itu akan kesukaan Kyai
Kholil. Kali ini, tidak seperti terdahulu. Mereka membawa oleh-oleh
bentul sebanyak-banyaknya dengan harapan Kyai Kholil sangat senang
menerimanya. Maka berangkatlah suami isteri tersebut ke ulama karismatik
itu. Tidak seperti dahulu, dugaan mereka meleset. Mereka disambut
dingin. Begitu juga dengan oleh-oleh yang banyak itu. Kyai Kholil tidak
menerima oleh-olehnya dan disuruh bawa pulang kembali.
Pada saat mereka pulang disadarinya apa yang telah mereka lakukan
selama ini. Ternyata, oleh-oleh bentul yang pertama diniatkan
semata-mata karena keikhlasan dan tawakkal kepada Allah, sedangkan sowan
yang kedua tidak dilanda ikhlas, tetapi rasa pamrih. Mereka meyakini
atas kekuatannya sendiri dan merasa dirinya mampu membawa oleh-oleh
kepada kyai. Dan itu sangat tidak disukai Kyai Kholil.
0 komentar:
Posting Komentar