Karomah Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi (Melihat Ka’bah Dengan Telunjuknya)

Rabu, 26 Desember 2012

takkan hidup tanpa ilmu...

Karomah beliau yang lain juga diperlihatkannya di saat mengunjungi salah satu masjid di Jakarta yakni Masjid Pekojan. Masjid yang dibangun oleh salah seorang keturunan cucu Rasulullah saw Sayyid Utsmân bin ‘Agîl bin Yahya al-‘Alawi. Masjid Ulama dan Mufti Betawi itu ternyata memiliki kiblat yang salah. Padahal yang menentukan kiblat bagi mesjid itu adalah Sayyid Utsmân sendiri.
Kemudian, beliau kedatangan anak remaja (Syaik Nawawi) yang menyalahkan arah kiblatnya. saat seorang anak remaja yang tak dikenalnya itu menyalahkan penentuan kiblat, kagetlah Sayyid Utsmân. Diskusipun terjadi dengan seru antara mereka berdua. Sayyid Utsmân tetap berpendirian kiblat Mesjid Pekojanya itu sudah benar. Sementara Syaikh Nawawi remaja berpendapat arah kiblat mesjidnya itu harus dibetulkan. Saat kesepakatan tak bisa diraih karena masing-masing mempertahankan pendapatnya dengan keras, Syaikh Nawawi meletakan tangan kirinya ke bahu Sayyid Utsmân (merangkul) dan tangan kananya menunjuk sesuatu, Syaikh Nawawi berkata:
“ Lihatlah Sayyid!, itulah Ka΄bah tempat Kiblat kita. Lihat dan perhatikanlah! Tidakkah Ka΄bah itu terlihat amat jelas? Sementara Kiblat masjid ini agak kekiri. Maka perlulah kiblatnya digeser ke kanan agar tepat menghadap ke Ka΄bah”. Ujar Syaikh Nawawi remaja”.
Sayyid Utsmân termangu dan keheranan. Ka΄bah yang ia lihat dengan mengikuti telunjuk Syaikh Nawawi remaja memang terlihat jelas. Sayyid Utsmân merasa takjub dan menyadari  remaja yang bertubuh kecil di hadapannya ini telah dikaruniai kemuliaan, yakni terbukanya nur basyariyyah. Dengan karamah itu, di manapun beliau berada Ka΄bah tetap terlihat. Dengan penuh hormat, Sayyid Utsmân langsung memeluk tubuh kecil beliau. dan berjabat tangan sambil mencium tanganya, ketika Sayyid Utsmân ingin mencium tanganya, ditariklah tanganya (Syaikh Nawawi), Sayyid Utsmân pun kebingungan mengapa beliau tidak mau?, Sayyid Utsmân pun bertanya dan Syaikh Nawawi menjawab: “Karena saya tidak pantas untuk bersalaman sambil dicium begitu oleh mu”. Subhanallah alangkah bagusnya akhlak beliau. Sampai saat ini, jika kita mengunjungi Masjid Pekojan akan terlihat kiblat digeser, tidak sesuai aslinya.

READ MORE - Karomah Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi (Melihat Ka’bah Dengan Telunjuknya)

Karomah Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi (Menjadikan Telunjuknya Lampu)

takkan hidup tanpa ilmu...

Pada suatu waktu beliau pernah mengarang kitab dengan menggunakan telunjuk beliau yang dijadikan sebagai lampu, saat itu dalam sebuah perjalanan. Karena tidak ada cahaya dalam syuqduf atau rumah-rumahan, sementara aspirasi tengah kencang mengisi kepalanya. Syaikh Nawawi kemudian berdoa memohon kepada Allah Ta’ala agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu agar dapat menerangi jari kanannya yang digunakan untuk menulis itu. Kitab yang kemudian lahir dengan nama Marâqi al-‘Ubudiyyah syarah Matan Bidâyah al-Hidayah itu harus dibayar beliau dengan cacat pada jari telunjuk kirinya. Cahaya yang diberikan Allah pada jari telunjuk kiri beliau itu membawa bekas yang tidak hilang.
READ MORE - Karomah Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi (Menjadikan Telunjuknya Lampu)

Syeikh Kholil (Satu Macam Doa untuk Tiga Masalah)

takkan hidup tanpa ilmu...

Suatu hari Kyai Kholil kedatangan tiga tamu yang menghadap secara bersamaan. Sang kyai bertanya kepada tamu yang pertama:
“Sampeyan ada keperluan apa?”
“Saya pedagang, Kyai. Tetapi hasil tidak didapat, malah rugi terus-menerus,” ucap tamu pertama.
Beberapa saat Kyai Kholil menjawab, “Jika kamu ingin berhasil dalam berdagang, perbanyak baca istighfar,” pesan kyai mantap.
Kemudian kyai bertanya kepada tamu kedua:
“Sampeyan ada keperluan apa?”
“Saya sudah berkeluarga selama 18 tahun, tapi sampai saat ini masih belum diberi keturunan,” kata tamu kedua.
Setelah memandang kepada tamunya itu, Kyai Kholil menjawab, “Jika kamu ingin punya keturunan, perbanyak baca istighfar,” tandas kyai.
Kini, tiba giliran pada tamu yang ketiga. Kyai juga bertanya, “Sampeyan ada keperluan apa?”
“Saya usaha tani, Kyai. Namun, makin hari hutang saya makin banyak, sehingga tak mampu membayarnya, ” ucap tamu yang ketiga, dengan raut muka serius.
“Jika kamu ingin berhasil dan mampu melunasi hutangmu, perbanyak baca istighfar,” pesan kyai kepada tamu yang terakhir.
Berapa murid Kyai Kholil yang melihat peristiwa itu merasa heran. Masalah yang berbeda, tapi dengan jawaban yang sama, resep yang sama, yaitu menyuruh memperbanyak membaca istighfar.
Kyai Kholil mengetahui keheranan para santri. Setelah tamunya pulang, maka dipanggillah para santri yang penuh tanda tanya itu. Lalu, Kyai Kholil membacakan al-Qur’an Surat Nuh ayat 10-12 yang artinya: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu. dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
Mendengar jawaban kyai ini, para santri mengerti bahwa jawaban itu memang merupakan janji Allah bagi siapa yang memperbanyak baca istighfar. Memang benar. Tak lama setelah kejadian itu, ketiga tamunya semuanya berhasil apa yang dihajatkan.

READ MORE - Syeikh Kholil (Satu Macam Doa untuk Tiga Masalah)

Syeikh Kholil (Ikhlas )

Selasa, 25 Desember 2012

takkan hidup tanpa ilmu...

Di Bangkalan Madura, hidup sepasang suami-isteri yang cukup bahagia. Pada suatu hari, sang suami berkata kepada isterinya. “Bu, saya ingin sekali sowan (berkunjung) ke Kyai Kholil,” katanya pada suatu pagi.
“Itu bagus sekali Pak, tetapi apa yang akan kita bawa sebagai oleh-oleh kepada Kyai Kholil, kita tidak mempunyai apa-apa kecuali sebuah bentul,” jawab isterinya.
“Tidak apa-apa, bentul itu saja yang kita bawa. Asalkan kita ikhlas, Insya Allah akan diterima,” tegas sang suami meyakinkan isterinya.
Maka berangkatlah suami isteri tersebut ke Kyai Kholil. Dengan berbekal tawakkal dan sebuah bentul, mereka yakin akan diterima Kyai Kholil dengan baik. Bentul adalah makanan sangat sederhana sejenis talas. Sesampainya di kediaman Kyai Kholil kedatangannya sudah ditunggu. Mereka disambut dengan hangat.
“Kyai, saya tidak membawa apa-apa, hanya sebuah bentul ini yang bisa kami haturkan untuk Kyai.” ucap sang suami rada malu-malu.
“Wah kebetulan, saya memang ingin makan bentul,” jawab Kyai Kholil menghibur.
Kemudian Kyai Kholil memanggil beberapa santri dan menyuruhnya untuk merebus bentul yang baru diterimanya itu. Tak lama setelah itu, santri datang membawa bentul yang sudah direbus itu. Kyai Kholil kelihatan sangat senang dan suka terhadap bentul itu, lalu dimakannya sampai habis.
Suami-isteri yang sowan ke Kyai Kholil itu merasa senang, sebab apa yang dikhawatirkan selama ini menjadi kegembiraan.
Beberapa hari kemudian, suami-isteri itu ingin sowan kembali ke kyai Kholil. Masih segar di ingatan suami isteri itu akan kesukaan Kyai Kholil. Kali ini, tidak seperti terdahulu. Mereka membawa oleh-oleh bentul sebanyak-banyaknya dengan harapan Kyai Kholil sangat senang menerimanya. Maka berangkatlah suami isteri tersebut ke ulama karismatik itu. Tidak seperti dahulu, dugaan mereka meleset. Mereka disambut dingin. Begitu juga dengan oleh-oleh yang banyak itu. Kyai Kholil tidak menerima oleh-olehnya dan disuruh bawa pulang kembali.
Pada saat mereka pulang disadarinya apa yang telah mereka lakukan selama ini. Ternyata, oleh-oleh bentul yang pertama diniatkan semata-mata karena keikhlasan dan tawakkal kepada Allah, sedangkan sowan yang kedua tidak dilanda ikhlas, tetapi rasa pamrih. Mereka meyakini atas kekuatannya sendiri dan merasa dirinya mampu membawa oleh-oleh kepada kyai. Dan itu sangat tidak disukai Kyai Kholil.
READ MORE - Syeikh Kholil (Ikhlas )

Syeikh Kholil (Tongkat Syeikh Kholil Dan Sumber Mata Air)

takkan hidup tanpa ilmu...

Suatu hari Kiai Kholil berjalan ke arah selatan Bangkalan. Beberapa santri menyertainya. Setelah berjalan cukup jauh, tepatnya sampai di desa Langgundi, tiba-tiba Kiai Kholil menghentikan perjalanannya. Setelah melihat tanah di hadapannya, dengan serta merta Kiai Kholil menancapkan tongkatnya ke tanah. Dari arah lobang bekas tancapan Kiai Kholil, memancarlah sumber air yang sangat jernih. Semakin lama semakin besar. Bahkan karena terus membesar, sumber air tersebut akhirnya menjadi kolam yang bisa dipakai untuk minum dan mandi. Kolam yang bersejarah itu sampai sekarang masih ada. Orang Madura menamakannya Kolla Al-Asror Langgundi. Letaknya sekitar 1 km sebelah selatan kompleks pemakaman Kiai Kholil Bangkalan.
READ MORE - Syeikh Kholil (Tongkat Syeikh Kholil Dan Sumber Mata Air)

Syeikh Kholil (Jawaban Syeikh Kholil kepada tamunya)

takkan hidup tanpa ilmu...

Suatu Ketika Habib Jindan bin Salim berselisih pendapat dengan seorang ulama, manakah pendapat yang paling sahih dalam ayat ‘Maliki yaumiddin’, maliki-nya dibaca ‘maaliki’ (dengan memakai alif setelah mim), ataukah ‘maliki’ (tanpa alif).Setelah berdebat tidak ada titik temu. Akhirnya sepakat untuk sama-sama datang ke Kiyahi Keramat; Kiyahi Khalil bangkalan.
Ketika itu Kiyahi yang jadi maha guru para kiyahi pulau Jawa itu sedang duduk didalam mushala, saat rombongan Habib Jindan sudah dekat ke Mushola sontak saja kiyahi Khalil berteriak. Maaliki yaumiddin ya Habib, Maaliki yaumiddin Habib, teriak Kiyahi Khalil bangkalan menyambut kedatangan Habib Jindan.
Tentu saja dengan ucapan selamat datang yang aneh itu, sang Habib tak perlu bersusah payah menceritakan soal sengketa Maliki yaumiddin ataukah maaliki yaumiddin itu.
Demikian cerita Habib Lutfi bin Yahya ketika menjelaskan perbendaan pendapat ulama dalam bacaan ayat itu pada Tafsir Thabari.

READ MORE - Syeikh Kholil (Jawaban Syeikh Kholil kepada tamunya)

Syeikh Kholil (Orang Arab Dan Macan Tutul)

takkan hidup tanpa ilmu...

Suatu hari menjelang sholat magrib. Seperti biasanya Kiai Kholil mengimami jamaah sholat bersama para santri Kedemangan. Bersamaan dengan Kiai Kholil mengimami sholat, tiba-tiba kedatangan tamu berbangsa Arab. Orang Madura menyebutnya Habib. Seusai melaksanakan sholat, Kiai Kholil menemui tamunya, termasuk orang Arab yang baru datang itu. Sebagai orang Arab yang mengetahui kefasihan Bahasa Arab. Habib menghampiri Kiai Kholil seraya berucap ; Kiai, bacaan Al- Fatihah antum (anda) kurang fasih tegur Habib. Setelah berbasa-basi beberapa saat. Habib dipersilahkan mengambil wudlu untuk melaksanakan sholat magrib. Tempat wudlu ada di sebelah masjid itu. Silahkan ambil wudlu di sana ucap Kiai sambil menunjukkan arah tempat wudlu.
Baru saja selesai wudlu, tiba-tiba sang Habib dikejutkan dengan munculnya macan tutul. Habib terkejut dan berteriak dengan bahasa Arabnya, yang fasih untuk mengusir macan tutul yang makin mendekat itu. Meskipun Habib mengucapkan Bahasa Arab sangat fasih untuk mengusir macan tutul, namun macan itu tidak pergi juga. Mendengar ribut-ribut di sekitar tempat wudlu Kiai Kholil datang menghampiri. Melihat ada macan yang tampaknya penyebab keributan itu, Kiai Kholil mengucapkan sepatah dua patah kata yang kurang fasih. Anehnya, sang macan yang mendengar kalimat yang dilontarkan Kiai Kholil yang nampaknya kurang fasih itu, macan tutul bergegas menjauh. Dengan kejadian ini, Habib paham bahwa sebetulnya Kiai Kholil bermaksud memberi pelajaran kepada dirinya, bahwa suatu ungkapan bukan terletak antara fasih dan tidak fasih, melainkan sejauh mana penghayatan makna dalam ungkapan itu.
READ MORE - Syeikh Kholil (Orang Arab Dan Macan Tutul)

Syeikh Kholil (SANTRI MIMPI DENGAN WANITA)

takkan hidup tanpa ilmu...

Dan diantara karomahnya, pada suatu hari menjelang pagi, santri bernama Bahar dari Sidogiri merasa gundah, dalam benaknya tentu pagi itu tidak bisa sholat subuh berjamaah. Ketidak ikutsertaan Bahar sholat subuh berjamaah bukan karena malas, tetapi disebabkan halangan junub. Semalam Bahar bermimpi tidur dengan seorang wanita. Sangat dipahami kegundahan Bahar. Sebab wanita itu adalah istri Kiai Kholil, istri gurunya. Menjelang subuh, terdengar Kiai Kholil marah besar sambil membawa sebilah pedang seraya berucap:“Santri kurang ajar.., santri kurang ajar…..Para santri yang sudah naik ke masjid untuk sholat berjamaah merasa heran dan tanda tanya, apa dan siapa yang dimaksud santri kurang ajar itu.
Subuh itu Bahar memang tidak ikut sholat berjamaah, tetapi bersembunyi di belakang pintu masjid. Seusai sholat subuh berjamaah, Kiai Kholil menghadapkan wajahnya kepada semua santri seraya bertanya ; Siapa santri yang tidak ikut berjamaah?” Ucap Kiai Kholil nada menyelidik. Semua santri merasa terkejut,
tidak menduga akan mendapat pertanyaan seperti itu. Para santri menoleh ke kanan-kiri, mencari tahu siapa yang tidak hadir. Ternyata yang tidak hadir waktu itu hanyalah Bahar. Kemudian Kiai Kholil memerintahkan mencari Bahar dan dihadapkan kepadanya. Setelah diketemukan lalu dibawa ke masjid. Kiai Kholil menatap tajam-tajam kepada bahar seraya berkata ; Bahar, karena kamu tidak hadir sholat subuh berjamaah maka harus dihukum. Tebanglah dua rumpun bambu di belakang pesantren dengan petok ini Perintah Kiai Kholil. Petok adalah sejenis pisau kecil, dipakai menyabit rumput. Setelah menerima perintah itu, segera Bahar melaksanakan dengan tulus. Dapat diduga bagaimana Bahar menebang dua rumpun bambu dengan suatu alat yang sangat sederhana sekali, tentu sangat kesulitan dan memerlukan tenaga serta waktu yang lama sekali. Hukuman ini akhirnya diselesaikan dengan baik. Alhamdulillah, sudah selesai, Kiai Ucap Bahar dengan sopan dan rendah hati. Kalau begitu, sekarang kamu makan nasi yang ada di nampan itu sampai habis, Perintah Kiai kepada Bahar.Sekali lagi santri Bahar dengan patuh menerima hukuman dari Kiai Kholil. Setelah Bahar melaksanakan hukuman yang kedua, santri Bahar lalu disuruh makan buah-buahan sampai habis yang ada di nampan yang telah tersedia. Mendengar perintah ini santri Bahar melahap semua buah-buahan yang ada di nampan itu. Setelah itu santri Bahar diusir oleh Kiai Kholil seraya berucap ; Hai santri, semua ilmuku sudah dicuri oleh orang ini ucap Kiai Kholil sambil menunjuk ke arah Bahar. Dengan perasaan senang dan mantap santri Bahar pulang meninggalkan pesantren Kiai Kholil menuju kampung halamannya. Memang benar, tak lama setelah itu, santri yang mendapat isyarat mencuri ilmu Kiai Kholil itu, menjadi Kiai yang sangat alim, yang memimpin sebuah pondok pesantren besar di Jawa Timur. Kia beruntung itu bernama Kiai Bahar, seorang Kiai besar dengan ribuan santri yang diasuhnya di Pondok Pesantren Sido Giri, Pasuruan, Jawa Timur.
READ MORE - Syeikh Kholil (SANTRI MIMPI DENGAN WANITA)

Karomah Syeikh Kholil (Di Datangi Macan)

takkan hidup tanpa ilmu...

Suatu hari di bulan Syawal. Kiai Kholil tiba-tiba memanggil santrinya. Anak-anakku, sejak hari ini kalian harus memperketat penjagaan pondok pesantren. Pintu gerbang harus senantiasa dijaga, sebentar lagi akan ada macan masuk ke pondok kita ini.” Kata Syeikh Kholil agak serius. Mendengar tutur guru yang sangat dihormati itu, segera para santri mempersiapkan diri. Waktu itu sebelah timur Bangkalan memang terdapat hutan-hutan yang cukup lebat dan angker. Hari demi hari, penjagaan semakin diperketat, tetapi macan yang ditungu-tunggu itu belum tampak juga. Memasuki minggu ketiga, datanglah ke pesantren pemuda kurus, tidak berapa tinggi berkulit kuning langsat sambil menenteng kopor seng.
Sesampainya di depan pintu rumah SyeikhKholil, lalu mengucap salam. Mendengar salam itu, bukan jawaban salam yang diterima, tetapi Kiai malah berteriak memanggil santrinya ; Hey santri semua, ada macan….macan.., ayo kita kepung. Jangan sampai masuk ke pondok.” Seru Syeikh Kholil bak seorang komandan di medan perang. Mendengar teriakan Syeikh kontan saja semua santri berhamburan, datang sambil membawa apa yang ada, pedang, clurit, tongkat, pacul untuk mengepung pemuda yang baru datang tadi yang mulai nampak kelihatan pucat. Tidak ada pilihan lagi kecuali lari seribu langkah. Namun karena tekad ingin nyantri ke Syeikh Kholil begitu menggelora, maka keesokan harinya mencoba untuk datang lagi. Begitu memasuki pintu gerbang pesantren, langsung disongsong dengan usiran ramai-ramai. Demikian juga keesokan harinya. Baru pada malam ketiga, pemuda yang pantang mundur ini memasuki pesantren secara diam-diam pada malam hari. Karena lelahnya pemuda itu, yang disertai rasa takut yang mencekam, akhirnya tertidur di bawah kentongan surau. Secara tidak diduga, tengah malam Syeikh Kholil datang dan membantu membangunkannya. Karuan saja dimarahi habis-habisan. Pemuda itu dibawa ke rumah Syeikh Kholil. Setelah berbasa-basi dengan seribu alasan. Baru pemuda itu merasa lega setelah resmi diterima sebagai santri Syeikh Kholil. Pemuda itu bernama Abdul Wahab Hasbullah. Kelak kemudian hari santri yang diisyaratkan macan itu, dikenal dengan nama KH. Wahab Hasbullah, seorang Kiai yang sangat alim, jagoan berdebat, pembentuk komite Hijaz, pembaharu pemikiran. Kehadiran KH Wahab Hasbullah di mana-mana selalu berwibawa dan sangat disegani baik kawan maupun lawan bagaikan seekor macan, seperti yang diisyaratkan Syeikh Kholil.
READ MORE - Karomah Syeikh Kholil (Di Datangi Macan)

Karomah Syeikh Kholil (Berguru Dalam Mimpi)

takkan hidup tanpa ilmu...

Pada waktu Syeikh Kholil masih muda, ada seorang Kiai yang terkenal di daerah Wilungan, Pasuruan bernama Abu Darrin. Kealimannya tidak hanya terbatas di lingkungan Pasuruan, tetapi sudah menyebar ke berbagai daerah lain, termasuk Madura. Kholil muda yang mendengar ada ulama yang mumpuni itu, terbetik di hatinya ingin menimba ilmunya. Setelah segala perbekalan dipersiapkan, maka berangkatlah Kholil muda ke pesantren Abu Darrin dengan harapan dapat segera bertemu dengan ulama yang dikagumi itu.Tetapi alangkah sedihnya ketika dia sampai di Pesantren Wilungan, ternyata Kiai Abu Darrin telah meninggal dunia beberapa hari sebelumnya. Hatinya dirundung duka dengan kepergian Kiai Abu Darrin.

Namun karena tekad belajarnya sangat menggelora maka Kholil segera sowan ke makam Kiai Abu Darrin. Setibanya di makam Abu Darrin, Kholil lalu mengucapkan salam lalu berkata: bagaimana saya ini Kiai, saya masih ingin berguru pada Kiai, tetapi Kiai sudah meninggal desah Kholil sambil menangis. Kholil lalu mengambil sebuah mushaf Al Quran. Kemudian bertawassul dengan membaca Al Quran terus menerus sampai 41 hari lamanya. Pada hari ke-41 tiba-tiba datanglah Kiai Abu Darrin dalam mimpinya. Dalam mimpi itu, Kiai Abu Darrin mengajarkan beberapa ilmunya kepada Kholil. Setelah dia bangun dari tidurnya, lalu Kholil serta merta dapat menghafal kitab Imriti, Kitab Asmuni dan Alfiyah.

READ MORE - Karomah Syeikh Kholil (Berguru Dalam Mimpi)

Keutamaan Bulan Ramadhan (Hadis ke-1)

takkan hidup tanpa ilmu...

Hadis ke-1:
"Syuhuf Ibrahim Alaihissalam diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada malam keenam bulan Ramadhan, Injil diturunkan pada malam ketiga belas bulan ramadhan, Zabur diturunkan pada malam kedelapan belas bulan ramadhan dan al-Qur'an pada malam kedua puluh empat bulan ramadhan".
Takhrij Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam al-Musnad al-Baihaqi dalam al-Sunan dan al-Asma' wa al-Sifat, al-Asfahani dalam al-Targhib, al-Thabarani dalam al-Kabir seperti diisyaratkan oleh al-Haitsami. Kesemuanya melalui 'Imran al-Qaththan dari Qatadah dari Abu Mulayih dari Washilah ibn al-Asqa.
Hadis ini juga telah diriwayatkan oleh Ibn Dhurais dalam Fadha'il al-Qur'an secara maqthu' sebagai perkataan Abu al-Jald.
Hukum Hadis: Hasan
Menurut Yahya, Imran al-Qaththan adalah seorang dha'if. Ibn Hibban berpendapat dia tsiqah. Ahmad berkata: Saya berharap bahwa dia adalah Shahih al-Hadis.
Al-Haitsami dalam Majma' al-Zawa'id mengingatkan bahwa dalam sanad hadis ini terdapat Imran al-Qaththan yang mempunyai kredibilitas seperti di atas, sedangkan perawi selain beliau adalah tsiqah. Al-Suyuti menghukumi hadis ini dengan hasan dan al-Munawi secara zahirnya sependapat dengan al-Suyuti meskipun beliau mengingatkan bahwa di dalam sanad hadis itu terdapat Imran al-Qaththan seperti yang diingatkan al-Haitsami. Kesimpulannya, hadis ini hasan, sebab meskipun Imran didha'ifkan oleh Yahya akan tetapi ada dua orang Ulama yang menguatkannya, yaitu Ahmad ibn Hanbal dan Ibn Hibban.

Oleh: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA dalam karyanya Hadits-hadits Lemah & Palsu dalam kitab Durratun Nashihin.
READ MORE - Keutamaan Bulan Ramadhan (Hadis ke-1)

Keutamaan Bulan Sya'ban (Hadis ke-1)

takkan hidup tanpa ilmu...

Hadis ke-1:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menciptakan lautan dari cahaya yang di bawah 'Arsy, kemudian Dia menciptakan malaikat yang memiliki dua sayap yang salah satunya berada di timur dan satunya lagi berada di barat, kepalanya berada di bawah 'Arsy dan kedua kakinya berada di bawah (lapisan) bumi yang ketujuh. Maka jika seorang hamba bershalawat kepadaku pada bulan sya'ban, maka Allah Ta'ala menyuruh malaikat tersebut agar menyelam ke dalam air kehidupan, lalu malaikat itupun menyelam, kemudian dia keluar darinya, lalu mengibaskan kedua sayapnya, lalu meneteslah dari setiap bulunya beberapa tetes air, lalau Allah Ta'ala menciptakan dari setiap tetesan satu malaikat yang memohonkan ampunan bagi orang tersebut hingga hari kiamat."
Takhrij Hadis:
Hadis ini tidak disebutkan oleh al-Sakhawi dalam kitab al-Qaul al-Badi', pada bab al-Shalat 'ala al-Nabi Shallahu 'alaihi wa Sallam fi Sya'ban 9bershalawat kepada Nabi saw di bulan Sya'ban. Beliau hanya menyebutkan dua buah hadits yang disebutkan di sini. Al-Khubawi menukil hadits ini dari kitab Zubat al-Wa'izhin.
Hukum Hadis: Maudhu'
Kedua hadis yang diisyaratkan disebutkan oleh al-Sakhawi dan berkata bahwa beliau belum menemukan hadis ini dalam kitab mu'tamad (لم أقف لذلك على أصل أعتمده). Berarti hadis tersebut tidak mempunyai asal yang shahih. Oleh sebab itu, hadis hadis yang disebutkan oleh al-Sakhubawi di sini dapat dihukumi Maudhu' karena dua sebab. Pertama, karena ia tidak disebutkan oleh sl-Sakhawi dalam kitab tersebut di atas. Kedua, karena ciri dan tanda palsunya hadis ini amat jelas, diantaranya pahala yang terlalu besar untuk amalan yang sederhana. Wallhu A'lam.
Oleh: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA dalam karyanya Hadits-hadits Lemah & Palsu dalam kitab Durratun Nashihin.
READ MORE - Keutamaan Bulan Sya'ban (Hadis ke-1)

Keutamaan Bulan Rajab (Hadis ke-4)

takkan hidup tanpa ilmu...

Hadis ke-4:
من صلى بعد المغرب في ليلة من رجب عشرين ركعة يقرأ في كل ركعة
فاتحة الكتاب والإخلاص وسلم عشر تسليمات
حفظه الله تعالى وأهل بيته وعياله في بلاء الدنيا وعذاب الآخرة.
"Siapa melakukan shalat setelah maghrib pada malam bulan Rajab sebanyak dua puluh raka'at, pada setiap raka'at dia membaca al-Fatihah dan surat al-Ikhlas dan salam sebanyak sepuluh kali (maksudnya, 20 raka'at dikerjakan dua raka'at-dua raka'at), maka Allah Ta'ala akan menjaganya, penghuni rumahnya, dan keluarganya dari bencana di dunia dan azab di akhirat."
Takhrij Hadis:
Ibn al-Jauzi menyebutkan Hadis seperti ini diriwayatkan oleh al-Jauzaqani dari Anas ibn Malik dengan lafaz akhirnya:
حفظه الله تعالى في نفسه وماله وأهله وولده وأجير من عذاب القبر
وجاز على الصراط كالبرق الخاطف بغير حساب ولا عذاب.
"Maka Allah Ta'ala akan menjaga dirinya, hartanya, istri-istrinya dan anaknya, diselamatkan dari azab kubur dan dia akan melintasi shirat (jembatan) bagaikan kilat yang menyambar, tanpa dihisab dan tanpa azab."
Hukum Hadis: Maudhu' (Palsu)
Hadis ini telah dihukumi palsu oleh beberapa ulama seperti Ibn al-Jauzi, Ibn Qayyim, Ibn Hajar, al-Suyuti, 'Ali al-Qari, al-Syaukani dan Ibn 'Arraq. Sebabnya seperti yang dikatakan oleh Ibn al-Jauzi, kebanyakan dari perawi dalam sanad hadis tersebut adalah perawi yang tidak dikenal (mujahil). Hadis ini termasuk dalam kaedah yang disebutkan Ibn Hajar di atas.
READ MORE - Keutamaan Bulan Rajab (Hadis ke-4)

Keutamaan Bulan Ramadhan (Hadis ke-3)

takkan hidup tanpa ilmu...

Hadis ke-3:

من فرح يدخل رمضان حرّم الله جسده على النيران

"Siapa senang masuknya bulan Ramadhan, maka Allah Ta'ala mengharamkan jasadnya bagi neraka."
Takhrij Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya di semua kitab yang telah dijadikan rujukan tesis ini. Al-Khubawi secara zahirnya tidak menyebutkan sumbernya.
Hukum Hadis: Maudhu'/Palsu
Melihat lafadz dan kandungan hadis ini, ia mempunyai ciri-ciri hadis palsu, yaitu satu amalan kecil yang menjanjikan pahala yang begitu besar.
Alasan kedua adalah hadis ini tidak dijumpai dalam kitab-kitab hadis yang mu'tabar, termasuk dalam kitab-kitab yang mengandung hadis-hadis dha'if, maka hadis ini dapat digolongkan sebagaimana yang  dikenali dalam istilah ilmu hadis dengan la yu'raf lahu ashlun atau la ashla lahu (tidak diketahui sumber asalnya), ini akan menyebabkan hadis itu dihukumi palsu. Oleh karena itu, hadis ini adalah palsu karena sebab di atas.

Sumber: Buku Hadits-hadits lemah & Palsu.
READ MORE - Keutamaan Bulan Ramadhan (Hadis ke-3)

Keutamaan Bulan Sya'ban (Hadis ke-3)

takkan hidup tanpa ilmu...

Hadis ke-3:

فضل شهر شعبان على سائر الشهور كفضلي على سائر الأنبياء

وفضل رمضان على سائر الشهور كفضل الله تعالى على عباده

"Keutamaan bulan Sya'ban atas semua bulan laksana keutamaan atas semua para Nabi, dan keutamaan bulan Ramadhan atas semua bulan laksana keutamaan Allah Ta'ala atas hamba-hambaNya."
Takhrij Hadis:
Hadis ini disebutkan oleh Ibn Hajar dalam Tabyib al-'Ajab. Beliau mengatakan bahwa hadits ini dibacanya dalam naskah yang ditulis oleh Syaikh Abu Thahir al-Salafi dengan sanad dan lafaz sebagai berikut:
"Diriwayatkan dari Syaikh Abu al-Barakat Hibatullah ibn al-Mubarak al-Saqthi dari Abu Ja'far ibn Maslamah dari Muhammad ibn Abdullah ibn Akhi Mimi dari Abdullah ibn Muhammad al-Baghawi dari Manshur ibn Abi Muzahim dan Muhammad ibn Habib al-Jarudi dari al-Zuhri dari Anas ra., dia berkata: rasulullah saw bersabda: Keutamaan bulan rajab atas semua bulan laksana keutamaan al-Qur'an atas semua zikir.
Hukum Hadis: Shahih
Sanad riwayat al-Nasa'i dan Ahmad adalah shahih, jadi secara zahirnya hadis ini adalah shahih.

Sumber: Buku Hadits-Hadits Lemah & Palsu dalam Kitab Durratun Nasihin, Karya DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.
READ MORE - Keutamaan Bulan Sya'ban (Hadis ke-3)

Keutamaan Bulan Rajab (Hadis ke-5)

takkan hidup tanpa ilmu...

Hadis ke-5:



ألا إن رجب شهر الله الأصم, فمن صام منه يوما إيمانا واحتسابا استوجب عليه رضوان الله الأكبر, فمن صام منه يومين لا يصف الواصفون من أهل السماء والأرض ما له عند الله من الكرامة, ومن صام ثلاثة أيام عوفي من كلّ بلاء الدنيا وعذاب الآخرة والجنون والجذام والبرص ومن فتنة الدجال, ومن صام سبعة أيام غلقت عنه سبعة أبواب جهنم, ومن صام ثمانية أيام فتحت له ثمانية أبواب الجنة, ومن صام عشرة أيام لم يسأل من الله شيئا إلاّ أعطاه إياه, ومن صام خمسة عشر يوما غفر الله تعالى ذنوبه ما تقدم وبدّله بسيئاته حسنات ومن زاد, زاد الله أجره
"Ingatlah bahwa sesungguhnya bulan Rajab itu adalah bulan Allah yang bisu. Maka siapa berpuasa pada bulan ini selama satu hari karena iman dan mengharapkan pahala, maka dia berhak mendapatkan ridha Allah Yang Maha Besar; Siapa berpuasa pada bulan ini selama dua hari, maka para penghuni langit dan bumi tidak dapat menggambarkan kemuliaan yang diperolehnya di sisi Allah, Siapa berpuasa selama tiga hari, maka dia akan selamat dari segala bencana di dunia, azab di akhirat, gila, penyakit kusta/lepra, penyakit belang dan fitnah Dajjal; Siapa berpuasa selama tujuh hari, maka tujuh pintu neraka Jahannam akan ditutup baginya; Siapa berpuasa selama delapan hari, maka delapan pintu surga akan dibukakan baginya; Siapa berpuasa selama sepuluh hari, maka dia tidak akan meminta apapun kepada Allah, melainkan Allah pasti memberinya; Siapa berpuasa selama lima belas hari, maka Allah Ta'ala akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan mengganti keburukan-keburukannya dengan kebaikan-kebaikan; dan Siapa menambah (hari berpuasa), maka Allah menambah pahalanya."
Takhrij Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-baihaqi dalam al-Syu'ab dan Fadhail al-Auqat dan al-Asfahani dalam al-Targhib. Semuanya melalui Usman ibn Mathar dari 'Abd al-Ghafur dari 'Abd al-'Aziz ibn Sa'id dari bapaknya.
Hukum Hadis: Maudhu'/Palsu
Dalam sanad al-Baihaqi terdapat beberapa perawi yang dha'if, amat dha'if dan seorang yang dituduh meriwayatkan hadis palsu dari perawi tsiqah. Di anataranya adalah Usman ibn Mathar, dia dha'if menurut Abu Hatim, al-Nasa'i, al-Dzahabi dan Ibn Hajar. Abu Shalih 'Abd al-Ghafur al-Wasithi, menurut al-Bukhari mereka meninggalkannya dan hadisnya munkar (تركه وهو منكر الحديث ). Ibn Adiy berkata: Dia dha'if dan hadisnya munkar (ضعيف منكر الحديث ). Al-Nasa'i berpendapat dia ditinggalkan hadisnya (متروك الحديث ). Ibn Hibban juga menyatakan bahwa dia meriwayatkan hadis-hadis palsu dari perawi tsiqah (كان يروي الموضوعات عن الثقات ).
Al-Baihaqi yang meriwayatkan hadis ini hanya mengatakan bahwa sanadnya dha'if, akan tetapi Ibn Hajar yang diikuti oleh Ibn Arraq menghukuminya dengan Palsu.

Sumber: Buku Hadits-Hadits Lemah & Palsu dalam Kitab Durratun Nasihin, Karya DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.
READ MORE - Keutamaan Bulan Rajab (Hadis ke-5)

Keutamaan Bulan Sya'ban (Hadis ke-4)

takkan hidup tanpa ilmu...

Hadis ke-4 :

يرفع الله أعمال العباد كلها في هذا الشهر

"Allah Ta'ala mengangkat semua amalan hamba-hamba-Nya pada bulan ini (bulan Sya'ban)."
Takhrij Hadis:
Hadis dengan maksud yang sama diriwayatkan oleh al-Nasa'i, Ahmad dan al-Baihaqi dalam al-Syu'ab. Kesemuanya melalui Ibn Mahdi dari Tsabit ibn Qais dari Abu Sa'id al-Maqburi dari Usamah ibn Zaid, beliau bertanya kepada Rasulullah saw.

لما أراك تصوم من شهر من الشهور ما تصوم من شعبان؟ قال : ذلك شهر

يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان هو شهر يرفع فيه الأعمال إلى رب

العالمين, فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم

"Kenapa aku melihatmu berpuasa pada satu bulan dari beberapa bulan tidak seperti yang engkau lakukan pada bulan Sya'ban? Nabi saw menjawab: Itulah bulan yang dilupakan oleh orang, yaitu antara bulan rajab dan bulan ramadhan, dia adalah bulan yang didalamnya amalan-amalan diangkat ke Tuhan alam semesta, maka aku senang jika amalanku diangkat sedangkan aku sedang berpuasa." Lafadz ini adalah lafadz al-Nasa'i.
Al-Baihaqi dalam kitab al-Syu'ab dan Fadhail al-Auqat meriwayatkannya melalui Zaid ibn Abi al-Hubab dari Tsabit dari al-Maqburi dari Abu Hurairah dari Usamah ibn Zaid dengan lafadz seperti al-Nasa'i.
Hukum Hadis : Shahih.
Sanad riwayat al-Nasa'i dan Ahmad adalah shahih, jadi secara zahirnya hadis ini adalah shahih.


READ MORE - Keutamaan Bulan Sya'ban (Hadis ke-4)

Keluarga Rasulullah saw (Bagian 2)

takkan hidup tanpa ilmu...

B.      Ibu Susu
Menjadi adat dan kebiasaan orang Arab kala itu, khususnya kaum Quraisy, untuk menyusukan anak-anak mereka kepada orang lain yang memang berprofesi sebagai ibu susu.
Biasanya mereka datang dari kampung. Dan kampung tukang menyusui adalah kampung Bani Sa’ad, daerah Hudaybiah, sekitar 23-25 km dari Masjid   al-Haram.
Ibu susu Rasulullah SAW dalam riwayat 4 orang. Dua diantaranya dapat dipastikan, sedangkan dua lainnya masih diperselisihkan. Mereka adalah :
1.       Tsuwaybah
Tsuwaybah, Ibu Susu Rasulullah SAW yang pertama. Beliau menyusukan Rasulullah SAW beberapa hari saja, antara 5-10 hari. 
Tsuwaybah adalah budaknya Abu Lahab yang kemudian dimerdekakan. Tak lama kemudian, beliau menyusui Rasulullah SAW ketika mengunjungi rumah Aminah dan didapati bahwa Muhammad yang masih bayi, tidak mau disusui ibunya. Dia pun akhirnya mencoba untuk menyusuinya, dan luar biasa, bayi ini pun mau.
Sejak hari itu, sampai kedatangan Halimah al-Sa’diyah, Muhammad SAW disusui oleh Tsuwaybah.
Cerita bahwa Tsuwaybah termasuk ibu susunya dapat dilihat dalam riwayat   berikut :
Ummu Habibah bint Abu Sofyan ra. berkata : Saat Rasulullah SAW menemuiku, aku berkata kepada beliau : "Wahai Rasulullah, apakah engkau berminat terhadap saudara perempuanku, yaitu putri Abu Sofyan?"
Rasulullah SAW balik bertanya : "Maksudmu, apa yang harus aku lakukan?"
Aku menjawab : "Engkau menikahinya."
Rasulullah SAW bertanya : "Apakah kamu menyukai hal itu?"
Aku menjawab : "Aku bukanlah istrimu satu-satunya dan orang yang paling aku senangi untuk sama-sama berbagi kebajikan ini adalah saudaraku."
Rasulullah bersabda : "Saudara perempuanmu itu tidak halal bagiku."
Lalu aku katakan lagi kepada beliau : "Aku dengar engkau melamar Durrah bint Abu Salamah?"
Beliau berkata : "Putri Ummu Salamah?"
Aku menjawab : "Ya."
Beliau bersabda :
Kalau ia bukan anak tiri yang berada dalam asuhanku, maka ia tidak halal bagiku karena ia adalah anak perempuan saudaraku sepersusuan, sebab aku dan bapaknya telah disusui oleh Tsuwaybah. Maka janganlah kamu menawarkan kepadaku putri-putrimu ataupun saudara-saudara perempuanmu.
(HR. al-Bukhari dan Muslim)
[1] Sahih al-Bukhari, hadis no.  4711; Sahih Muslim, hadis no. 2626. Tambahan dalam riwayat al-Bukhari : Urwah berkata : Tsuwaybah adalah maulat (budaknya) Abu Lahab,  Abu Lahab kemudian memerdekakannya, kemudian dia menyusui Nabi SAW.
2.       Seorang ibu dari Bani Sa’ad selain Halimah
3.       Halimah sl-Sa’diyah
Dikisahkan, entah kenapa, di hari pertama usia Muhammad, ibunya Aminah hendak menyusui anak tunggalnya ini, namun anak ini enggan untuk membuka mulutnya.
Aminah yang sedih dengan kematian suaminya, semakin sedih ketika putranya tetap tidak ingin menyusu dari ibunya sendiri di hari kedua.
Di hari ketiga, datanglah Tsuwaybah, pembantu Abu Lahab, dia menawarkan diri untuk menyusui keponakan majikannya ini, ternyata bayi ini mau dan mulai menyusu. Si ibu gembira luar biasa, Tsuwaybah  dulu juga pernah menyusui Hamzah ibn Abdul Mutthalib.
Pada hari ke delapan usia Muhammad, datanglah 10 orang wanita dari Bani Sa’ad ibn Bakr untuk mencari anak-anak susu. Satu dari mereka adalah Halimah yang datang bersama suaminya al-Harits dan putranya yang kecil, Abdullah ibn al-Harits.
Cerita Halimah
Bagaimana Halimah bisa menjadi ibu susu Rasulullah SAW, kisahnya diceritakan sendiri oleh beliau yang ringkasnya sebagai berikut :
[2] Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfury, hal. 76 - 79
Suatu kali dia pergi dari negerinya bersama suami dan anaknya yang masih kecil dan disusuinya, bersama beberapa wanita dari Bani Sa’ad. Tujuan mereka adalah mencari anak yang bisa disusui.
Dia berkata, “Itu terjadi pada masa paceklik, tak banyak kekayaan kami yang tersisa. Aku pergi sambil naik keledai betina berwarna putih milik kami dan seekor onta yang sudah tua yang tidak bisa diambil air susunya lagi walau setetes pun. Sepanjang malam kami tidak pernah tidur karena harus meninabobokan bayi kami yang terus-menerus menangis karena kelaparan. Air susuku juga tidak bisa diharapkan. Sekalipun kami masih tetap mengharapkan adanya uluran tangan dan jalan keluar.
Aku pun pergi sambil menunggang keledai betina kami dan hampir tak pernah turun dari punggungnya, sehingga keledai itu pun  semakin lemah kondisinya. Akhirnya kami serombongan tiba di Makkah dan kami langsung mencari bayi-bayi yang bisa kami susui.
Setiap wanita dari rombongan kami yang ditawari Rasulullah SAW pasti menolaknya, setelah tahu bahwa beliau adalah anak yatim. Tidak mengherankan, sebab memang kami mengharapkan imbalan yang cukup memadai dari bapak bayi yang hendak kami susui.
Kami semua berkata, “Dia adalah anak yatim.” Tidak ada pilihan bagi ibu dan kakek beliau, karena kami tidak menyukai keadaan seperti itu.
Setiap wanita dari rombongan kami sudah mendapatkan bayi yang disusuinya, kecuali aku sendiri.
Tatkala kami sudah siap-siap untuk kembali, aku berkata kepada suamiku, “Demi Allah, aku tidak ingin kembali bersama teman-temanku tanpa membawa seorang bayi yang aku susui. Demi Allah, aku benar-benar akan mendatangi anak yatim itu dan membawanya.”
Suaminya berkata, “Memang ada baiknya jika engkau melakukan itu, semoga saja Allah mendatangkan barakah bagi kita pada diri anak itu.”
Halimah melanjutkan penuturannya, “Maka aku pun menemui bayi itu (beliau) dan aku siap membawanya. Tatkala menggendongnya seakan-akan aku tidak merasa repot karena mendapat beban yang lain.
Aku segera kembali menghampiri hewan tungganganku, dan tatkala aku mencoba menyusui, bayi itu mau menyusu sesukanya hingga kenyang.
Anak kandungku sendiri juga bisa menyusu sepuasnya hingga kenyang, setelah itu keduanya tertidur pulas. Padahal sebelum itu kami hampir tidak pernah tidur karena mengurus bayi kami.
Suamiku mengahampiri ontanya yang sudah tua. Ternyata air susunya menjadi penuh. Maka kami memerahnya. Suamiku bisa minum air susu onta kami, begitu pula aku, hingga kami benar-benar kenyang. Malam itu adalah malam yang terasa paling indah bagi kami.
“Demi Allah, tahukah engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa yang penuh barakah,” kata suamiku pada esok harinya.
“Demi Allah, aku pun berharap yang demikian itu,” kataku.
Halimah melanjutkan penuturannya, “Kemudian kami pun siap-siap pergi dan aku menunggang keledaiku. Semua bawaan kami, juga kunaikkan bersamaku di atas punggungnya.
Demi Allah, setelah kami menempuh perjalanan sekian jauh, tentulah keledai-keledai mereka (rombongan Bani Sa'ad) tidak akan mampu membawa beban seperti yang aku bebankan di atas punggung keledaiku. Sehingga rekan-rekanku berkata kepadaku, “Wahai putri Dzu’aib, celaka engkau! Tunggulah kami! Bukankah keledaimu yang pernah engkau bawa bersama kita dulu?”
“Demi Allah, begitulah. Ini adalah keledai yang dulu.” Kataku.
“Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa.” Kata mereka.
Kami pun tiba di tempat tinggal kami di daerah Bani Sa’ad, aku tidak pernah melihat sepetak tanah pun milik kami yang lebih subur saat itu. Domba-domba kami menyongsong kedatangan kami dalam keadaan kenyang dan air susunya penuh berisi, sehingga kami bisa memerahnya dan meminumnya.
Sementara setiap orang yang memerah air susu hewannya sama sekali tidak mengeluarkan air susu walau setetes pun dan kelenjar susunya juga kering.
Sehingga mereka berkata garang kepada para penggembalanya, “Celakalah kalian! Lepaskanlah hewan gembalaan kalian, di tempat gembalaannya     putri Abu Dzu’aib.”
Namun domba-domba mereka pulang tetap dalam keadaan lapar dan tak setetes pun mengeluarkan air susu. Sementara domba-dombaku pulang dalam keadaan kenyang dan kelenjar susunya penuh berisi.
Kami senantiasa mendapatkan tambahan barakah dan kebaikan dari Allah selama dua tahun menyusui anak ini.
Lalu kami menyapihnya. Dia tumbuh dengan baik, tidak seperti bayi-bayi yang lain. Bahkan sebelum usia dua tahun pun dia sudah tumbuh pesat.
Kemudian kami membawanya kepada ibunya, meskipun masih berharap agar anak itu tetap berada di tengah-tengah kami, karena kami bisa merasakan barakahnya. Maka kami menyampaikan niat ini kepada ibunya.
Aku berkata kepadanya, “Andaikan saja engkau sudi membiarkan anak kami ini tetap bersama kami hingga menjadi besar. Sebab aku khawatir dia terserang penyakit yang biasa menjalar di Makkah.”
Kami terus merayu ibunya agar dia merelakan anak itu tinggal bersama kami.
Begitulah Rasulullah SAW tinggal di tengah Bani Sa’ad, hingga tatkala berumur empat atau lima tahun, terjadi peristiwa pembelahan dada beliau.
Imam Muslim meriwayatkan dari Anas yang bercerita, bahwa :
Rasulullah SAW didatangi Jibril, yang saat itu beliau sedang bermain-main dengan beberapa anak kecil lainnya.
Jibril memegang beliau dan menelentangkannya, lalu membelah dada dan mengeluarkan hati beliau dan mengeluarkan segumpal darah dari dada beliau, seraya berkata, “Ini adalah bagian setan yang ada pada dirimu.”
Lalu Jibril mencucinya di sebuah bejana dari emas, dengan menggunakan air Zamzam, kemudian menata dan memasukkannya ke tempatnya semula.
Anak-anak kecil lainnya berlarian mencari ibu susunya dan berkata, “Muhammad telah dibunuh!” Mereka pun menemui beliau yang datang dengan wajah pucat. (HR. Muslim) 
Penghormatan Rasulullah SAW
Satu potret penghormatan Rasulullah SAW terhadap ibu susunya terlihat di Ji’ranah sebagaimana yang diceritakan oleh ‘Amir ibn Watsilah al-Kinani yang berkata : Aku melihat Rasulullah SAW membagi-bagikan daging di Ji’ranah, kala itu usiaku masih kecil, aku membawa tulang-tulang onta, tiba-tiba datang seorang perempuan mendekati Nabi SAW, kemudian baginda menghamparkan sorbannya, dan perempuan itu duduk di atasnya. Akupun bertanya : Siapakah perempuan ini ? Beberapa orang sahabat menjawab : Dia adalah ibu yang menyusuinya dulu. (HR. Abu Dawud)
Penghormatan Khadijah
Ketika Rasulullah SAW menikah dengan Khadijah, Halimah al-Sa'diyah datang ke Makkah mengucapkan selamat, karena anak susunya telah menikah.
Sebagai penghormatan dan tanda terima kasih, Khadijah yang dikenal kaya dan dermawan memberikan hadiah kepada ibu susu suami yang dicintai dan dikaguminya. Khadijah memberikan hadiah 40 ekor kambing.
4.       Khaulah bint al-Mundzir
Dari keempat nama tadi, yang tidak diperselisihkan para sejarawan Islam adalah Tsuwaybah dan Halimah.
B.      Ibu Asuh
Ummu Aiman Ibu Asuh Rasulullah SAW
Ibu Asuh Rasulullah SAW adalah Ummu Aiman, nama sebenarnya adalah  Barakah bint Tsa’labah ibn ‘Amr ibn Hishn ibn Malik ibn Salamah ibn al-Nu’man al-Habasyiyah. Berasal dari Habasyah.
Dia adalah mawali/budak/pembantu Abdullah ibn Abdul Mutthalib, ayah Rasulullah SAW.
Menikah dengan ‘Ubayd ibn al-Harits al-Khazraji setelah Rasulullah SAW memerdekakannya. Dari perkawinan ini lahir Aiman.
Dikatakan sebagai ibu asuh karena setelah kepergian Aminah bint Wahb, ibu kandung Rasulullah SAW ketika baginda masih berusia 6 tahun, Ummu Aiman lah yang menjaga dan mengasuhnya serta membantu keperluan seorang anak dari mulai makan, minum, pakaian dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW sering memanggilnya dengan sapaan Ummah (ibu).
Bahkan Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda : Ummu Aiman adalah ibuku setelah ibundaku.
Perjuangan Ummu Aiman
Ummu Aiman adalah termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam, paling tidak, untuk wanita, beliau masuk setelah Khadijah atau setelah putri-putri Rasulullah SAW atau masuk dalam kategori sepuluh wanita pertama masuk Islam.
Semasa di Makkah, karena termasuk orang biasa, beliau mendapat perlakuan kasar dan buruk dari pemuka Quraisy.
Ketika hijrah diizinkan, beliau termasuk orang yang ikut hijrah ke Habasyah. Kemudian beliau termasuk orang yang kembali ke Makkah bersama rombongan.
Ketika hijrah ke Madinah, beliau termasuk yang berhijrah, bahkan dengan berjalan kaki dan dalam kondisi puasa.
Meski tidak sendiri dan tetap bersama rombongan, beliau tidak menunggang onta apalagi kuda. Jarak 430 km ditempuh dengan berjalan kaki.
Sampai akhirnya, karomah Allah SWT diberikan untuknya. Siang yang panas tetap dilaluinya dengan kesabaran dan ketabahan. Ketika datang waktu berbuka, Ummu Aiman tidak mendapatkan air untuk diminum. Tiba-tiba muncul gumpalan awan yang membentuk seperti ember putih, beliau mengambilnya dan meminum darinya. Setelah minum sampai hilang dahaganya, beliau melanjutkan perjalanannya ke Madinah tanpa pernah merasakan haus kembali. Bahkan sampai akhir hayatnya.
Bahkan, beliau bercerita bahwa suatu ketika beliau sengaja tawaf di siang hari di panas yang terik dengan harapan akan merasa haus, tapi ternyata beliau tidak juga merasa haus.
Cerita Lucu
Ummu Aiman ra. bercerita :
Suatu ketika Rasulullah SAW menginap di rumah. Ketika malam beliau bangun dan buang air di bejana. Tak lama kemudian saya terbangun dan mencari minum karena kehausan, saya mendapatkan air di bejana, dan saya langsung meminumnya.
Esok paginya, Rasulullah SAW berkata kepadaku :"Wahai Ummu Aiman, tolong buangkan air yang ada di bejana."
Saya pun menjawab : "Wahai Rasulullah SAW, demi Dzat yang telah mengutusmu dengan haq, saya sudah minum air yang ada di dalamnya."
Rasulullah SAW tertawa sampai terlihat giginya lalu bersabda : "Sungguh perutmu tidak akan sakit lagi setelah ini."
Keluarga
Setelah dimerdekakan oleh Rasulullah SAW, Barakah (nama asli Ummu Aiman) menikah dengan ‘Ubayd ibn al-Harits al-Khazraji. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Aiman. Karena itulah beliau dipanggil dengan nama Ummu Aiman.
Aiman sendiri tumbuh menjadi pemuda yang gagah, berjuang bersama Rasulullah SAW sampai akhirnya syahid di perang Hunain.
Ketika Ummu Aiman menjanda, masih lagi di Makkah sebelum hijrah. Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya : Barang siapa yang ingin menikahi perempuan ahli surga, maka hendaklah dia menikahi Ummu Aiman.
Mendengar tawaran dan berita baik, Zayd ibn Haritsah langsung menyatakan minatnya dan melamarnya.
Dari perkawinan ini, lahir Usamah ibn Zayd, orang yang dicintai Rasulullah SAW dan anak orang yang dicintai Rasulullah SAW.
Wafat
Ketika Rasulullah SAW meninggal, Abu Bakar mengajak Umar untuk menjenguk Ummu Aiman dengan harapan semoga dapat meringankan kesedihannya. Setelah berjumpa, Ummu Aiman menangis. Abu Bakar berkata : Kenapa kamu menangis, apa yang disiapkan Allah lebih baik untuk Rasulullah SAW.
Ummu Aiman menjawab : Aku bukan tidak tahu hal itu, tetapi aku sedih karena wahyu sudah terputus dari langit.
Terdapat beberapa riwayat tentang tahun wafatnya, ada yang mengatakan 5 bulan setelah wafatnya Rasulullah SAW, ada juga yang mengatakan 6 bulan kemudian.
Dalam kitab Nisa’ Hawl al-Rasul SAW, dipilih pendapat yang mengatakan bahwa beliau meninggal 20 hari setelah terbunuhnya Umar, atau tahun 23 H.
C.      Ibu Angkat
Fatimah bint Asad Ibu Angkat Rasulullah SAW
Dia adalah Fatimah bint Asad ibn Hasyim ibn Abd Manaf.
Beliau adalah istri dari Abu Thalib, paman Rasulullah SAW.
Beliau juga merupakan ibu dari sepupu Rasulullah SAW dari Abu Thalib : Ali, Thalib, ‘Aqil, Ja’far, Ummu Hani, Jumanah dan Raythah.
Beliau lah yang mengasuh secara langsung Rasulullah SAW selama beliau ada di rumah Abu Thalib bersama Ummu Aiman sebagai pembantu mereka.
Fatimah bint Asad baru masuk Islam setelah suaminya Abu Thalib meninggal. Beliau berbai'at dengan Rasulullah SAW dan menjadi muslimah yang baik.
Beliau ikut berhijrah ke Madinah, dan setelah itu ikut berperan dan membantu Rasulullah SAW dalam perjuangannya dan peperangannya.
Selain itu, beliau juga berperan besar dalam mendidik dan membesarkan putra putrinya yang kesemuanya merupakan orang-orang yang sangat berperan dalam perjuangan Rasulullah SAW.
Riwayat
Dari Ibn Abbas : “Ketika Fatimah bint Asad ibn Hasyim, ibunda Ali ibn Abi Thalib meninggal, Rasulullah SAW membuka bajunya dan mengkafani Fatimah bint Asad ibn Hasyim, dan Rasulullah SAW berbaring di liang lahatnya, sesudah pemakaman selesai, para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, Engkau melakukan sesuatu yang tidak pernah engkau lakukan pada orang lain. Beliau menjawab : Aku memakaikannya bajuku supaya beliau memakai pakaian Ahli Surga, dan aku berbaring di liang lahatnya dengan harapan dapat meringankan himpitan kuburnya, beliau termasuk orang yang sangat berjasa kepadaku sesudah Abu Thalib”.
Di riwayat yang lain Rasulullah SAW mendoakannya sesudah berbaring di liang lahadnya, “Allah yang menghidupkan dan mematikan, Dia-lah yang Maha Hidup dan tidak akan mati, ampunilah Ibuku dan berilah Hujjah baginya, lapangkanlah kuburnya, demi Nabi-Mu dan nabi-nabi sebelumku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang".
Wafat
Beliau meninggal di Madinah.
Ketika meninggal, Rasulullah SAW yang mengkafankannya, bahkan dengan menggunakan bajunya. Beliau juga yang ikut turun ke dalam liang lahat bahkan sempat tiduran di sisinya.
Setelah keluar dari liang lahat, Rasulullah SAW terlihat menangis.
Melihat hal yang diluar kebiasaan itu, Umar bertanya : Wahai Rasulullah, kenapa kamu melakukan sesuatu yang tidak pernah engkau lakukan terhadap orang lain ?
Rasulullah SAW menjawab : "Wahai Umar, perempuan ini di mataku adalah seperti ibu yang melahirkanku. Ketika Abu Thalib mencari nafkah, beliaulah yang menyiapkan makanan dan aku makan bersama mereka".
Ketika para sahabat bertanya hal yang sama, Rasulullah SAW menjawab : "Sesungguhnya, tidak ada orang yang berbuat  lebih baik kepadaku setelah Abu Thalib dari dia. Aku pakaikan bajuku dengan harapan dia dipakaikan baju dari surga, aku tiduran di liang lahatnya dengan harapan dia diringankan dari azab kubur."


READ MORE - Keluarga Rasulullah saw (Bagian 2)

Keluarga Rasulullah saw (Bagian 1)

Senin, 24 Desember 2012

takkan hidup tanpa ilmu...

Ayah dan Ibu Rasulullah saw

A. Pengantar

Nama ayah baginda ialah : Abdullah ibn Abdul Mutthalib ibn Hasyim ibn Abd Manaf  ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Lu’ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn al-Nadhr ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Mudhar ibn Nizar ibn Ma’ad ibn Adnan.
Sedangkan nama ibunya ialah : Aminah bint Wahb ibn Abd Manaf ibn Zuhrah ibn Kilab.
Nasab kedua orangtua baginda bertemu di salah satu kakek mereka yang bernama Kilab.
B.      Ayah
Ayahanda Rasulullah SAW
Abdullah ibn Abdul Mutthalib ibn Hasyim adalah putra terkecil pasangan Abdul Mutthalib dengan Fatimah bint  ‘Amr.
Abdullah merupakan putra Abdul Mutthalib yang terbaik, paling disayang dan dikenal sebagai sembelihan (al-Dzabih).
Dijuluki sebagai sembelihan adalah karena Abdul Mutthalib bernazar bahwa jika anak laki-lakinya genap sepuluh maka satu diantaranya akan disembelih. Dan ternyata Allah memberinya sepuluh anak laki-laki.
Maka terjadilah pengundian dan ternyata anak yang harus disembelih itu jatuh ke Abdullah. Abdul Mutthalib ingin melaksanakan nazar ini, dia segera mengambil pisau dan pergi menuju Ka’bah untuk menyembelihnya. Tiba di depan Ka’bah, kaum Quraisy melarangnya, terutama paman-pamannya. Lantas dia bertanya bagaimana saya harus melaksanakan nazar saya? Akhirnya disarankan untuk dibawa ke Arafah, lalu diundi lagi.
Jika diundi yang keluar nama Abdullah, maka Abdul Mutthalib akan bersedekah dengan  10 ekor onta sebagai ganti anaknya dan begitu seterusnya, dan jika yang keluar nama onta, maka dia akan berhenti dan onta sebanyak itu akan disembelih.
Sampai sepuluh kali undian, nama yang keluar adalah Abdullah. Itu berarti sudah 100 onta yang harus dipotong.
Baru pada undian kesebelas, nama yang keluar adalah onta. Walhasil, 100 ekor onta akhirnya dipotong sebagai pengganti jasad atau jiwanya Abdullah.
Kelebihan Abdullah
Dari sisi keturunan, Abdullah adalah putra Abdul Mutthalib, pemuka Quraisy dan orang yang paling dihormati di Makkah.
Dari sisi akhlak, Abdullah merupakan orang yang dikenal sebagai pemuda yang berakhlak mulia. Bahkan, kebiasaan negatif yang banyak dilakukan oleh pemuda Makkah, beliau tidak ikut melakukannya. Termasuk zina. Bahkan beliau bertekad untuk tidak pernah melakukan hubungan badan dengan lawan jenis kecuali dengan istrinya.
Di usianya yang ke-25, beliau dinikahkan dengan Aminah, putri Wahb, seorang pemuka Quraisy. Dengan Aminah inilah Abdullah pertama kali melakukan hubungan biologis.
Dalam beberapa referensi diceritakan bahwa, kedua pasangan ini baru melakukannya sekali, setelah itu, Abdullah sudah diperintahkan oleh orang tuanya pergi ke Syam untuk berdagang.
Wafat
Terdapat beberapa riwayat tentang wafatnya Abdullah.
Pertama dan yang paling populer :
  1. Abdullah meninggal dalam perjalanan kembali ke Makkah, dimakamkan di Abha. Rasulullah SAW masih dalam kandungan ibunya di bulan keenam.
  2. Riwayat kedua, beliau kembali dari berdagang ke Syam.
  3. Ada juga riwayat yang mengatakan beliau baru kembali dari Madinah guna memetik kurma untuk dibawa ke Makkah.Ada juga pendapat yang mengatakan beliau sakit di Madinah, lalu belum lagi sembuh benar beliau pulang ke Makkah dan meninggal, itu terjadi setelah kelahiran Rasulullah SAW  2 bulan.
Ketika wafat usia Abdullah 25 tahun.
Warisan yang ditinggalkan Abdullah adalah : 5 ekor onta, beberapa ekor kambing dan seorang budak perempuan yang bernama Barakah atau yang lebih dikenal dengan Ummu Aiman.
C.      Ibu Kandung
Ibunda Rasulullah SAW
Aminah bint Wahb ibn Abd Manaf ibn Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah. 
Lahir di Makkah, sekitar 18 tahun sebelum Rasulullah SAW dilahirkan.  
Ibunya adalah : Barrah bint Abd al-’Uzza ibn Utsman ibn Abd al-Dar, ibn Qushay ibn Kilab, ibn Murrah.
Wanita dengan nasab terbaik yang ada di Quraisy, mempunyai akhlak yang baik dan menjaga kehormatannya dengan baik.Wanita yang Rasulullah SAW banggakan dengan sabdanya :
Sesungguhnya aku adalah anak seorang perempuan dari Quraisy yang
memakan Qadid (dendeng). (HR. Ibn Majah)[1]
Allah terus memindahkan aku dari tulang shulb yang baik, dipindahkan ke rahim yang suci, bersih, terpilih. Tidaklah ia mempunyai dua cabang kecuali aku masuk dalam yang terbaik.
Pernikahannya dengan Abdullah
Di hari-hari pesta pernikahan, di malam pertama pasangan pengantin ini, Aminah bermimpi yang ia ceritakan kepada suaminya Abdullah : Aku melihat cahaya yang memancar dengan lembut sehingga menerangi dunia dan seisinya. Hingga seolah-olah terlihat olehnya megahnya istana Bushra di negeri Syam. Lalu ada suara yang membisik : Kamu sudah mengandung pemimpin umat ini.
Alkisah, Aminah teringat seorang peramal Quraisy yang bernama Sauda’ Bint Zuhrah al-Kilabiyah pernah berkata kepada penduduk Bani Zuhrah bahwa akan lahir dari turunan kalian seorang pengingat atau pemberi peringatan. Para penduduk kala itu meminta peramal ini untuk menunjukkan orang yang akan melahirkan dari rahimnya pemberi peringatan tersebut. Sauda’ sang peramal menunjuk kepada Aminah.
Kejadian serupa menimpa Abdullah yang menjelang malam pertamanya dengan Aminah, datang kepadanya Putri Naufal ibn Asad, saudara perempuan Waraqah ibn Naufal sang pendeta, dia menawarkan diri untuk dinikahi atau disetubuhi pada malam itu juga. Akan tetapi Abdullah yang sudah berjanji akan menjaga keperjakaannya menolak. Esok harinya, ketika Abdullah bertemu dengannya lagi, Abdullah bertanya : Mengapa engkau tidak menawarkan diri kepadaku lagi? wanita itu menjawab : Cahaya yang menemani kamu kemarin sudah tidak ada lagi hari ini, maka saya tidak menginginkanmu lagi.
10 hari pasangan suami istri ini menikmati indahnya rumah tangga, sampai akhirnya Abdullah harus ikut bergabung dengan rombongan pedagang yang akan berangkat ke Syam.
Menunggu Suami
Sebulan setelah kepergian sang suami, Aminah merasa bahwa ia hamil. Kondisi ini semakin menambah kerinduan kepada suami.
Tiba musim pedagang Makkah kembali dari Syam, Aminah yang ditemani oleh pembantunya yang bernama Ummu Aiman, duduk menanti sang suami datang.
Ketika tamu datang, yang muncul adalah ayah dan mertuanya, Wahb dan Abdul Mutthalib. Mereka mengabarkan bahwa Abdullah harus tinggal di Yatsrib, di rumah seorang kerabat, karena sakit yang diderita.
Selang beberapa hari kemudian, utusan dari Yatsrib datang membawa kabar duka, Abdullah meninggal dunia.
Pengantin baru ini sedih luar biasa, kerinduan akan suami sangat terasa. Namun takdir tidak bisa ditolak, ajal tidak bisa ditunda. Kematian akhirnya akan datang kepada siapa saja.
Melahirkan Anak Pertama
Sembilan bulan janin dikandung, tiba harinya, lahirlah bayi yang dinantikan itu. Detik-detik sebelum kelahiran bayi ini, Aminah menyaksikan cahaya menyinari rumahnya.
Bidan yang menangani prosesi kelahiran ini adalah al-Syifa', ibu dari Abdurrahman ibn ‘Auf. Dia bercerita bahwa yang dia lihat pertama kali adalah cahaya yang begitu terang benderang. Tidak ada kesulitan sama sekali dalam proses persalinan ini. Ditemani oleh Ummu Aiman, sang pembantu, al-Syifa' dengan mudah melaksanakan tugasnya sebagai seorang bidan.
Kegembiraan pun menyelimuti Aminah, bayi yang ditunggu-tunggunya sudah lahir dengan selamat, bahkan penuh dengan keajaiban.
Belum lagi kegembiraan itu sempurna, kesedihan harus datang lagi, sang anak tidak mau disusui. Hari pertama ditolak, hari kedua demikian pula. Ibu muda ini pun bingung, 2 hari bayi ini tidak makan apa-apa, bagaimana jika dia sakit lalu meninggal. Kesedihan dan kekhawatiran seorang ibu pun mulai menyelimuti dirinya.
Ketika keadaannya seperti itu, datanglah Tsuwaybah, budak atau pembantu Abu Lahab, paman si bayi, menawarkan untuk menyusuinya. Dan aneh, bayi ini mau disusui oleh Tsuwaybah. Alhasil, Tsuwaybah menjadi ibu susu bayi ini untuk beberapa hari.
Pendidikan Awal Untuk Sang Putra
Bayi yang baru dilahirkannya, diambil oleh sang kakek, Abdul Mutthalib, dibawa ke Ka’bah, di sanalah ia dinamakan dengan Muhammad.
Tidak lama kemudian, sekitar 8 hari, sebagaimana adat orang Makkah pada waktu itu, mereka menitipkan anak-anaknya kepada ibu-ibu susu. Muhammad pun dititipkan kepada Halimah al-Sa’diyah untuk disusui dan dididik di kampungnya, daerah Bani Sa’ad (sekitar 25 km dari Makkah).
Dua tahun Muhammad dititipkan di Bani Sa’ad, baru kemudian dikembalikan ke pangkuan ibu kandungnya. Akan tetapi dengan bujuk rayu Halimah dan suaminya al-Harits, Muhammad kembali dititipkan kepadanya.
Selang beberapa bulan kemudian, Muhammad dikembalikan lagi kepada ibu kandungnya di Makkah, dan mulai saat itu, Muhammad berada di bawah belai kasih dan didikan Aminah serta bantuan Ummu Aiman sang pembantu.
Dengan penuh kasih sayang dan perhatian, Aminah membesarkan putra tunggalnya Muhammad, hari demi hari, bulan demi bulan.
Wafat
Tiga tahun Aminah mendidik anak tunggalnya dengan suka dan duka. Kelucuan, keceriaan dan ketangkasan Muhammad, mampu untuk menggembirakan hatinya. Namun, kerinduan akan mendiang suami tidak juga bisa terlupakan. Ia memutuskan untuk menziarahi makam sang suami sambil menziarahi kerabat yang ada di kota Yatsrib.
Dengan mengajak serta anak dan pembantunya Ummu Aiman, Aminah mengikut kafilah dagang, berangkat ke Yatsrib. Dalam riwayat, ikut pula mertua beliau Abdul Mutthalib.
Ajal tidak dapat ditolak, malaikat maut tidak pernah kompromi, kematian akan datang kepada setiap manusia pada saat yang sudah ditentukan.
Di tengah perjalanan pulang kembali ke Makkah, tepatnya di kampung Abwa, 210 km dari Madinah arah Makkah, Aminah meninggal dunia dan dimakamkan di sana.
Usia beliau kala itu  sekitar 24 tahun.
Lengkap sudah, Muhammad menjadi yatim piatu. Mulai hari itu, anak kecil ini tidak lagi akan mendengar canda ibu, setelah dia tidak pernah melihat kharisma wajah sang ayah. Muhammad kembali ke Makkah bersama Ummu Aiman, kakeknya Abdul Mutthalib dan rombongan kafilah dagang.



[1] Hadis diriwayatkan oleh Ibn Majah dalam al-Sunan, hadis no. 3303.

 

 

READ MORE - Keluarga Rasulullah saw (Bagian 1)

NAMA DAN GELAR RASULULLAH SAW

takkan hidup tanpa ilmu...

NAMA DAN GELAR RASULULLAH SAW

 I.          Nama-nama Rasulullah SAW
Selain nama Muhammad, beliau juga dikenal dengan beberapa nama lain :
1.       AHMAD, seperti yang terdapat di al-Qur’an, Injil & Taurat. Ahmad berarti terpuji.
2.       AL-MAHI, berarti yang menghapus, karena Allah SWT menghapus kekafiran melaluinya.
3.       AL-HASYIR, berarti yang mengumpulkan, karena seluruh manusia akan berkumpul di bawah kakinya.
4.       AL-‘AQIB, berarti yang mengakhiri, karena tidak ada lagi Nabi setelahnya.
5.       AL-MUQAFFA, berarti yang dimuliakan.

Riwayat :
Dari Muth’im ra.  Rasulullah SAW bersabda : 
Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama. Aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah al-Mahi (yang menghapus) karena Allah SWT menghapus kekafiran melalui diriku. Aku adalah al-Hasyir (yang mengumpulkan) karena seluruh manusia akan berkumpul setelahku. Aku juga adalah al-'Aqib
(yang mengakhiri) karena tidak ada lagi Nabi setelahku.
(HR. al-Bukhari, Muslim)[1]
Dari Huzaifah ra. bercerita bahwa :
Saya berjumpa dengan Nabi SAW di salah satu jalan di Madinah, baginda lalu berkata : Aku adalah Nabi pembawa rahmat, Aku adalah Nabi pembuka pintu taubat. Aku adalah al-Muqaffa (yang dimuliakan). Dan aku adalah Nabi yang  terlibat dalam perang-perang besar.
(HR. al-Tirmizi)[2]
Nama-nama dalam al-Qur’an
Dalam al-Qur’an, nama Nabi Muhammad SAW disebutkan dengan beberapa nama lain :
1.       Muhammad :

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. (QS. al-Fath 48:29)

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[234]. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran 3:144)

وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآَمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ
Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan Itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki Keadaan mereka. (QS. Muhammad 47:2)

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. al-Ahzab 33:40)

2.       Ahmad :

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (QS. al-Shaf 61:6)

3.       Abdullah :

وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا
Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya. (QS. al-Jin 72:19)

4.       Thaha :
طه . مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ لِتَشْقَى.
Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (QS.Thaha 20:1-2)

5.       Yasin :
يس. وَالْقُرْآَنِ الْحَكِيمِ. إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ.
Yaa siin. Demi al-Quran yang penuh hikmah. Sesungguhnya kamu salah seorang dari Rasul-rasul,  (QS.Yasin 36:1-3)

Selain nama-nama tersebut, beberapa panggilan yang bermaksudkan Nabi Muhammad SAW, juga digunakan al-Qur’an. Antara lain : Rasul, Nabi, Ummiy, Syahid, Mubasysyir, Nadzir, Da’i ilallah, Siraj Munir, Ra’uf, Rahim, Nadzir Mubin, Mudzakkir, Rahmat, Ni’mah, Hadi,  ‘Abd.



[1] Sahih al-Bukhari, hadis no.  4517; Sahih Muslim, hadis no.  4342.
[2] Syama'il al-Tirmizi, hadis no. 368.
READ MORE - NAMA DAN GELAR RASULULLAH SAW

Kelahiran Rasulullah SAW



takkan hidup tanpa ilmu...


Kelahiran Rasulullah SAW

Beliau lahir pada hari Senin 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah.
Dinamakan sebagai tahun Gajah karena di tahun itu menjelang kelahiran Muhammad, terjadi peristiwa besar, yaitu penyerangan pasukan gajah dari negeri Habasyah menuju Makkah.
Pasukan itu dipimpin oleh panglima besar yang bernama Abrahah.
Maksud penyerangan ini adalah untuk menghancurkan Ka’bah.
Sedangkan motifasi penyerangan ini lebih disebabkan rasa iri dan dengki dari sebuah negeri yang maju dan makmur, namun tidak menjadi tujuan perjalanan manusia, terhadap negeri Makkah yang gersang dan tandus, namun selalu dikunjungi orang setiap tahunnya.
Pasukan ini dihancurkan oleh pasukan burung Ababil yang membawa batu kerikil yang panas. Mereka dihadang di wadi Muhassir, wadi yang terletak antara Mina dan Muzdalifah.
Cerita ini diisyaratkan dalam surat al-Fiil (QS : 109).
1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kabah) itu sia-sia?,
3. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,
4. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
Dalam kitab al-Khasa’is disebutkan bahwa Ibn Sa’ad, Ibn Abi al-Dunya dan Ibn ‘Asakir meriwayatkan dari Abi Ja’far Muhammad ibn Ali yang berkata bahwa peristiwa ini terjadi pada pertengahan bulan Muharram, antara kejadian ini dan kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah 55 hari.
Dikisahkan bahwa kejadian penyerangan burung Ababil adalah, ada segumpalan awan yang datang dari arah laut, sampai akhirnya mendekati pasukan gajah ini, ketika burung-burung ini persis di atas pasukan, batu-batu yang dibawa oleh pasukan burung dilontarkan dan menimpa pasukan gajah. Setiap seekor burung, membawa 3 buah batu, dua dikaki dan satu di paruh.
Ada beberapa versi cerita, ada yang mangatakan bahwa mereka yang kena batu ini merasa gatal, dan setiap digaruk, maka kulit dan dagingnya ikut terkelupas. Lalu tewas dengan sendirinya.
Ada juga yang mengatakan bahwa bebatuan yang dilempar ke tentara, jika mengenai kepala maka batu itu keluar dari dubur, jika mengenai badan bagian samping, maka batu itu akan menembus keluar dari bagian lainnya. Begitu seterusnya hingga luka itu membawa kematian yang sangat cepat. Hasilnya, tidak ada satu orang pun dari tentara gajah yang selamat.

 

READ MORE - Kelahiran Rasulullah SAW

Syekh Abdul Qodir Al-Jailani r.a. (Anak gadis di culik jin)

Sabtu, 22 Desember 2012



1. Telah diceritakan di dalam sebuah riwayat:

takkan hidup tanpa ilmu...


 
Pada suatu hari, di tahun 537 Hijrah, seorang lelaki dari kota Baghdad (dikatakan oleh sesetengah perawi bahawa lelaki itu bernama Abu Sa‘id ‘Abdullah ibn Ahmad ibn ‘Ali ibn Muhammad al-Baghdadi) datang bertemu asy-Syaikh Jilani, dan berkata, bahwa dia mempunyai seorang anak dara cantik berumur enam belas tahun bernama Fatimah. Anak daranya itu telah diculik (diterbangkan) dari atas anjung rumahnya oleh seorang jin.

Maka asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun menyuruh lelaki itu pergi pada malam hari itu, ke suatu tempat bekas rumah roboh, di satu kawasan lama di kota Baghdad bernama al-Karkh.
“Carilah bonggol yang kelima, dan duduklah di situ. Kemudian, gariskan satu bulatan sekelilingmu di atas tanah. Kala engkau membuat garisan, ucapkanlah “Bismillah, dan di atas niat asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani ” Apabila malam telah gelap, engkau akan didatangi oleh beberapa kumpulan jin, dengan berbagai-bagai rupa dan bentuk. Janganlah engkau takut. Apabila waktu hampir terbit fajar, akan datang pula raja jin dengan segala angkatannya yang besar. Dia akan bertanya hajatmu. Katakan kepadanya yang aku telah menyuruh engkau datang bertemu dengannya. Kemudian ceritakanlah kepadanya tentang kejadian yang telah menimpa anak perempuanmu itu.”

Lelaki itu pun pergi ke tempat tersebut dan melaksanakan arahan asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani itu. Beberapa saat kemudian datanglah jin-jin yang mencoba menakut-nakuti, tetapi jin-jin itu tidak kuasa melintasi garis bulatan itu. Jin-jin itu datang bergantian, kelompok demi kelompok. Dan akhirnya, datanglah raja jin yang sedang menunggang seekor kuda beserta satu angkatan yang besar dan hebat.

Raja jin itu memberhentikan kudanya di luar garis bulatan itu dan bertanya:  “Wahai manusia, apakah hajatmu?” Lelaki itu menjawab, “Aku telah disuruh oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani untuk bertemu denganmu.”

Begitu mendengar nama asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani diucapkan, serta merta raja jin itu turun dari kudanya dan terus mencium bumi. Raja jin itu kemudian duduk di atas bumi, disertai dengan seluruh anggota rombongannya. Sesudah itu, raja jin itu telah bertanyakan masalah lelaki itu. Lelaki itu pun menceritakan kisah anak daranya yang diculik oleh seorang jin. Setelah mendengar cerita lelaki itu, raja jin itu pun memerintahkan agar dicari si jin yang bersalah itu. Beberapa waktu kemudian, dibawa ke hadapan raja jin itu, seorang jin lelaki dari negara Cina bersama-sama dengan anak dara manusia yang telah diculiknya.
Raja jin itu telah bertanya, “Kenapakah engkau sambar anak dara manusia ini? Tidakkah engkau tahu, dia ini berada di bawah naungan al-Quthb ?”

Jin lelaki dari negara Cina itu telah mengatakan yang dia telah jatuh berahi dengan anak dara manusia itu. Raja jin itu memerintahkan agar dipulangkan perawan itu kepada bapanya, dan jin dari negara Cina itu dikenakan hukuman pancung kepala.

Lelaki itu pun mengatakan rasa takjubnya dengan segala perbuatan raja jin itu, yang sangat patuh kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani.

Raja jin itu berkata pula, “Sudah tentu, karena asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani bisa melihat dari rumahnya semua kelakuan jin-jin yang jahat. Dan mereka semua sedang berada di sejauh-jauh tempat di atas bumi, karena telah lari dari sebab kehebatannya. Allah Ta’ala telah menjadikan asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani bukan saja al-Qutb bagi umat manusia, bahkan juga ke atas seluruh bangsa jin.”
 
READ MORE - Syekh Abdul Qodir Al-Jailani r.a. (Anak gadis di culik jin)

Syekh Abdul Qodir Al-Jailani r.a. (pertengkaran)



takkan hidup tanpa ilmu...

Diriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir pada waktu melewati suatu tempat, beliau bertemu dengan seorang umat Islam yang sedang bertengkar dan berdebat dengan seorang umat Nasrani. Beliau kemudian mendatangi kedua orang tersebut. "Ada apa gerangan hingga kalian menjadi tontonan di sekitar kalian?",tanya Syekh.

Kata seorang muslim,"Sebenarnya kami sedang membanggakan Nabi kami masing-masing, siapa diantara Nabi yang paling baik dan saya berkata kepadanya bahwa Nabi Muhammad saw yang paling utama. Sedangkan orang Nasroni mengatakan bahwa Nabi Isa yang paling sempurna".

Syekh bertanya kepada orang Nasroni,"Apa yang menjadi dasar dan apa pula dalilnya, kamu bisa mengatakan bahwa Nabi Isa lebih sempurna daripada Nabi yang lainnya?". Lalu orang Nasroni itu menjawab,"Nabi Isa mempunyai keistimewaan, beliau bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati". Syekh melanjutkan lagi pertanyaannya,"Apakah kamu tahu bahwa aku ini bukan Nabi, aku hanya sekedar penganut dan pengikut Agama Nabi Muhammad saw?". Kata orang Nasroni,"Ya benar saya tahu". Lebih jauh Syekh bertanya lagi,"Kalau sekiranya aku bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati, apakah kamu bersedia untuk percaya dan beriman kepada Agama Nabi Muhammad saw?". Baik, saya mau beriman kepada Agama Islam", jawab orang Nasroni itu. "Kalau begitu mari kita mencari kuburan, carikan saya kuburan yang paling tua dan paling angker",kata Syekh Abdul Qodir. Setelah mereka menemukan sebuah kuburan dan kebetulan kuburan itu sudah tua, sudah berusia lima ratus tahun.

Lalu dengan karomah yang beliau miliki, Syekh mendeteksi kalau kuburan yang dituju dulunya semasa hidupnya adalah penyanyi. "aku akan menghidupkan orang tersebut seperti semasa hidupnya (yaitu seorang penyanyi). Syekh mengulangi lagi pertanyaannya,"Nabi Isa kalau akan menghidupkan orang yang sudah mati bagaimana caranya?". Orang Nasroni menjawab,"Beliau cukup dengan mengucapkan,"Qum! bi-idznillah", artinya : "Bangun kamu dengan izin Allah". "Nah sekarang kamu perhatikan dan dengarkan baik-baik", kata Syekh, lalu beliau menghadap pada kuburan tadi sambil mengucapkan,"Qum! bi-idzni, artinya : "Bangun dengan izin ku". Mendengar ucapan itu orang Nasroni kaget dan heran dan kuburan itu terbelah dan bangunlah mayat dari kuburan sambil bernyanyi. Memang pada waktu hidupnya mayat itu seorang penyanyi. Melihat dan menyaksikan peristiwa yang aneh itu, seketika itu juga orang Nasroni berubah keyakinannya dan beriman masuk Agama Islam.


READ MORE - Syekh Abdul Qodir Al-Jailani r.a. (pertengkaran)

 
 
 

Berikan comment anda..