takkan hidup tanpa ilmu...
Suatu hari menjelang sholat magrib. Seperti biasanya Kiai Kholil
mengimami jamaah sholat bersama para santri Kedemangan. Bersamaan dengan
Kiai Kholil mengimami sholat, tiba-tiba kedatangan tamu berbangsa Arab.
Orang Madura menyebutnya Habib. Seusai melaksanakan sholat, Kiai Kholil
menemui tamunya, termasuk orang Arab yang baru datang itu. Sebagai
orang Arab yang mengetahui kefasihan Bahasa Arab. Habib menghampiri Kiai
Kholil seraya berucap ; Kiai, bacaan Al- Fatihah antum (anda) kurang
fasih tegur Habib. Setelah berbasa-basi beberapa saat. Habib
dipersilahkan mengambil wudlu untuk melaksanakan sholat magrib. Tempat
wudlu ada di sebelah masjid itu. Silahkan ambil wudlu di sana ucap Kiai
sambil menunjukkan arah tempat wudlu.
Baru saja selesai wudlu, tiba-tiba sang Habib dikejutkan dengan
munculnya macan tutul. Habib terkejut dan berteriak dengan bahasa
Arabnya, yang fasih untuk mengusir macan tutul yang makin mendekat itu.
Meskipun Habib mengucapkan Bahasa Arab sangat fasih untuk mengusir macan
tutul, namun macan itu tidak pergi juga. Mendengar ribut-ribut di
sekitar tempat wudlu Kiai Kholil datang menghampiri. Melihat ada macan
yang tampaknya penyebab keributan itu, Kiai Kholil mengucapkan sepatah
dua patah kata yang kurang fasih. Anehnya, sang macan yang mendengar
kalimat yang dilontarkan Kiai Kholil yang nampaknya kurang fasih itu,
macan tutul bergegas menjauh. Dengan kejadian ini, Habib paham bahwa
sebetulnya Kiai Kholil bermaksud memberi pelajaran kepada dirinya, bahwa
suatu ungkapan bukan terletak antara fasih dan tidak fasih, melainkan
sejauh mana penghayatan makna dalam ungkapan itu.
0 komentar:
Posting Komentar