Di Mana Kita Bisa Menemukan Tuhan?

Sabtu, 05 Juni 2010

Seseorang menulis kepada saya, “Saya harus mencari Tuhan. Di mana saya bisa mencarinya?” Dan saya pikir, “Saya juga harus mencari Tuhan. Bukankah kita semua begitu? Di mana kita bisa menemukan-Nya?” Inilah yang muncul dalam pikiran—empat belas tempat untuk menemukan Tuhan. Tentu saja ada banyak lagi, mungkin ada yang lebih baik atau lebih penting daripada yang saya tulis di sini. Mungkin beberapa di antaranya lebih baik bagi sebagian orang daripada yang lainnya.

1. Pascal’s Way: Pergi ke peribadahan berjemaah, bergaul dengan orang beriman, mengunjungi tempat suci, dst. Ide Pascal adalah jika Anda ingin percaya, Anda bisa mengkondisikan diri Anda dengan melibatkan diri dalam berbagai perilaku yang tepat. Sebenarnya, Pascal memberikan nasihat tentang bagaimana menerima Tuhan sebagai seorang Katolik, tapi prinsip yang sama bisa diterapkan untuk mempercayai Allah sebagai seorang muslim. Mungkin terlihat bahwa ini cara menipu diri sendiri atau mencuci-otak sendiri, dan Pascal berbicara seolah-olah melalui gerakan  yang membuat Anda percaya meski tidak ada alasan baik yang bisa ditemukan. Tapi kita tidak harus melihatnya seperti itu. Dengan melakukan aktivitas keagamaan, kita meletakkan diri sendiri dalam sebuah lingkungan di mana kita bisa melihat sesuatu yang memberi kita alasan tepat untuk percaya.
2. Intellectual Way: Membaca buku-buku filosof agama dan teolog dan lihat apa yang mereka katakan tentang Tuhan dan bagaimana membuktikan keberadaan-Nya, dll. Ini hanyalah persiapan [tahap awal]. Pekerjaan yang sebenarnya datang ketika mencoba berpikir. Inilah cara Ibnu Sina, atau salah satu caranya. Memikirkan melalui masalah dan temukan Tuhan melalui alasan suci Anda sendiri.
3. Kerinduan: Bangun di waktu sahur, lakukan salat subuh [atau tahajud], dan kemudian minta pada Tuhan untuk membantu menemukan-Nya. Katakan pada Tuhan bahwa Anda mencari dan sangat ingin menemukan-Nya. Terus lakukan ini sampai akhirnya Anda menemukan-Nya. Jangan menyerah. Jangan pernah menyerah. Jangan, jangan sampai pernah menyerah! Hal ini disebut “importunacy” dalam bahasa Inggris, dan agak mirip dengan “himmat” dalam bahasa Persia/Arab.
4. Keheningan: Cobalah untuk menenangkan diri dan melihat ke dalam (diri). Bermeditasi. Mendengar. Merasakan. Banyak ulama mengatakan bahwa hadis ini tidak didukung dengan baik menurut Nabi (salam baginya dan keluarganya) yang berkata, “Siapa mengenal dirinya mengenal Tuhannya.” Tapi nampaknya menjadi ucapan yang sangat bijak dan telah diulang-ulang oleh muslim selama berabad-abad.
5. Puisi: Beberapa orang menemukan Tuhan dengan mendengar puisi-puisi religius, khususnya Hafez, Mawlawi (Rumi), Attar, dst. dan lebih khusus ketika diulang berkali-kali.
6. Alam: Keindahan alam juga menjadi tanda-tanda Tuhan. Tuhan memanifestasikan Keindahan-Nya dalam keindahan alam. Saya khususnya menemukan kalau lautan/samudera menginspirasi, dan merasakan bahwa itu manifestasi Tuhan dalam cara khusus. Tentu saja, segala sesuatu adalah tanda Tuhan, tapi tidak selalu jelas [tidak mudah dipahami].
7. Ziarah: Misalkan Anda ingin berangkat untuk mencari harta karun. Apa yang Anda lakukan? Pertama, mencari tahu bagaimana cara sampai ke sana—bersama teman kerja atau sendiri; dengan pesawat, bus, atau jalan kaki; akankah Anda percaya dengan penunjuk jalan atau punya peta sendiri? Selanjutnya, Anda harus cari tahu barang apa yang dikemas untuk perjalanan. Ada panduan untuk hal semacam ini, seperti Fayz Kashani’s Zaad-e Saalek, dan bahkan panduan bagi etika dalam berkunjung. Pakaian seperti apa yang harus digunakan? Bagaimana Anda bisa menemukan teman perjalanan yang baik?
8. Cahaya: Saya telah bertemu beberapa orang yang menemukan Tuhan melalui cahaya, semacam cahaya batin. Mereka mengatakan bahwa di beberapa tempat dan orang mereka menemukan semacam cahaya, halo, aura, dan mereka terus mengikuti cahaya menuju Tuhan. Kita bisa menyebut hal ini sebagai cara Isyraqi, setelah Suhrawardi, yang dikenal sebagai Syekhul Isyraq, Guru Pencerahan.
9. Bederma: Beberapa orang menemukan Tuhan melalui keterlibatan dalam pekerjaan derma. Menolong orang yang membutuhkan dapat menghentikan kita menjadi orang yang sibuk dengan diri sendiri dan jika kita memberikannya atas nama Islam, kita bisa menemukan Tuhan dengan mengabdi padanya melalui mengabdi pada sesama.
10. Bersyukur: Tuhan dapat ditemukan dengan merefleksikan perasaan alami bersyukur yang kita tunjukkan ketika merasakan hari yang baik, mendapatkan makanan dan tempat tinggal, kesehatan, melihat bunga, dst. Kita merasa bersyukur, tapi kepada siapa? Ke mana rasa terima kasih itu melangkah? Bisakah kita memahami poinnya? Beberapa orang berpikir hal ini konyol, dan mungkin tidak membuktikan apapun, tapi saya pikir bahwa syukur dan pujian, ketika datang dari hati, dapat membuka jalan besar antara seseorang dengan Tuhan.
11. Menderita: Beberapa orang menemukan Tuhan ketika bencana menyerang. Ketika segalanya menghilang dan kita paling menderita, sesuatu terjadi dalam diri kita, dan kita menemukan jalan dan mengarahkan kepada-Nya. Perhatikan ayat berikut dalam Alquran: “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. 10: 12) Juga: “Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (QS. 29: 65)
12. Kematian: Beberapa orang menemukan Tuhan dalam mediasi terhadap kematian. Mengunjungi pemakaman dianjurkan, dan memikirkan mereka yang telah meninggal dan bahwa hidup kita juga akan berakhir. Dalam berpikir, merenung, dan merefleksikan tentang hal ini, seseorang mungkin tertarik pada realisasi akan kenyataan dan realitas di luar kehidupan [dunia] dan kematian. Ada banyak riwayat berkaitan dengan ini yang dikumpulkan oleh Fayz Kashani dalam karyanya Mahjat Al-Bayza, yang menurutnya mengingat kematian akan mengurangi cinta kita pada dunia dan membantu mengalahkan hasrat kita.
13. Empati: Kita juga dapat menemukan Tuhan melalui empati sesama dan menemukan jejak ilahi di dalamnya. Tentu, jejak ini yang paling menonjol dalam Empat Belas Manusia Suci (salam bagi mereka), tapi kita juga harus melihat dalam diri orang lain. Empati melibatkan pergeseran perspektif dari “saya” ke “kita”. Pada tahap tertinggi, seseorang menemukan dirinya di sisi Allah, sehingga kehendak-Nya menjadi kehendak kita.
14. Quran: Quran adalah wahyu Allah. Wahyu itu menunjukkan. Dalam Alquran Allah menunjukkan Diri-Nya sendiri. Beberapa orang menemukan Allah dalam pembacaan Quran, yang lain dalam merenunginya, ada juga yang mempelajarinya, mendiskusikannya, membaca tafsir, dan dalam usaha untuk mewujudkan hikmah dalam praktik kehidupan.
Ada begitu banyak tempat untuk menemukan Tuhan. Karena segala sesuatu memanifestasikan Tuhan dalam berbagai cara, Tuhan dapat ditemukan di mana saja, hanya jika kita mempelajari bagaimana mencarinya. Semoga Allah membantu kita untuk melihat dengan baik dan untuk mencari manifestasi-Nya dalam segala hal, khususnya makhluk terbaik-Nya Muhammad dan Ahlulbaitnya yang suci, dan di seluruh nabi dan pembimbing yang Dia utus bagi kemanusiaan, dan semoga kita, dalam cara-cara sederhana kita, datang untuk memanifestasikan-Nya dalam kehidupan kita.

0 komentar:

 
 
 

Berikan comment anda..