Berbohong, Mencuri dan Membunuh

Sabtu, 05 Juni 2010

Tidak saja islam memerintahkan berperang melawan kafir dan menaklukan mereka dibawah hukum Islam: tapi juga – seperti yg telah kita saksikan dalam bentuk lain – dibolehkannya berbohong, mencuri dan membunuh demi kemajuan Islam. Malah, Islam tidak punya kode moral yg seperti Sepuluh Perintah; gagasan bahwa islam juga punya moral2 umum yg ada dalam Yudaisme dan Kristen adalah mitos PC lainnya. Dalam Islam, hampir semuanya dapat diterima jika hal itu membantu perkembangan dari Islam. Berbohong: Itu salah – kecuali ketika tidak salah
Muhammad berkata tentang perlunya berkata benar: “Wajib bagimu berkata benar, karena kebenaran berujung pada kebaikan dan kebaikan berujung pada surga, dan orang yg terus menerus berkata benar dan berusaha berkata benar pada akhirnya dicatat sebagai orang jujur oleh Allah, dan hati2lah berkata bohong karena kebohongan berujung pada kejahatan dan kejahatan berujung pada api neraka, dan orang yg terus berkata bohong dan berusaha berbohong dicatat sebagai pembohong oleh Allah.” [1].
Tapi, seperti juga banyak prinsip2 islam lainnya, hal ini menjadi masalah besar diantara orang2 muslim. Dalam hal orang2 kafir – khususnya mereka yg berperang dg muslim – Muhammad mengucapkan prinsip yg sama sekali berbeda: “Perang adalah berbohong.”
Tebak?
- Prinsip moral islam satu2nya yg paling utama adalah “Jika itu baik bagi Islam maka itu benar.”
- Islam membolehkan berbohong, juga pencurian dan pembunuhan. Dalam keadaan tertentu.
- Ini berujung pada kampanye2 penipuan/kebohongan besar2an saat ini.
Khususnya, dia mengajarkan bahwa berbohong diijinkan dalam peperangan [2]. Dg begitu lahirlah dua prinsip abadi islam : Dibolehkannya pembunuhan politis demi kehormatan sang nabi dan agamanya dan dibolehkannya praktek kebohongan/penipuan dalam waktu perang. Doktrin penipuan agamawi (Taqiyya dan kitman) adalah yg paling sering dikaitkan dengan islam Shiah dan pura-pura ditolak oleh islam Sunni (yg menjadi 85% muslim diseluruh dunia) karena hal itu dibolehkan oleh nabi. Tapi, semua itu tetap bisa ditemukan dalam kisah2 tradisi yg oleh muslim sunni dianggap sahih.
Juga, penipuan agamawi (dipraktekan pada kafir malang) diajarkan dalam Quran itu sendiri, katanya: “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi teman dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu). [Q 3.28]. Dg kata lain, jangan berteman dg kafir kecuali untuk “menjaga dirimu dari mereka”: Berpura-pura jadi teman mereka agar kau dapat memperkuat diri terhadap mereka. Komentator Quran terkenal ibn Kathir menjelaskan bahwa dalam ayat ini, “Allah melarang hamba2nya mendukung kafir atau mengambil mereka sebagai teman yg mana mereka kembangkan persahabatan, dibanding dg kaum muslimin.” Tapi, yg dilepaskan dari aturan ini adalah “orang muslim yg ada didaerah atau yg ada pada saat takut akan keselamatan mereka dari kafir. Dalam hal ini, si muslim diijinkan utk menunjukkan persahabatan pada sikafir diluarnya, tapi jangan pernah didalam hatinya.” [3].
Ketika muslim Shia dianiaya oleh Sunni, mereka melakukan doktrin taqiyya, atau penyembunyian: Mereka boleh bohong tentang apa yg mereka percaya, menyangkal aspek2 iman mereka yg menghina kaum sunni. Praktek ini diboleh kan oleh Quran dg peringatan bahwa mereka yg meninggalkan Islam akan dikirim ke neraka – kecuali mereka yg dipaksa melakukan itu, tapi didalam hatinya tetap muslim sejati: “Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. [Q 16.106]. Yg mirip dengan doktrin ini adalah kitman, atau reservasi mental, yg adalah mengatakan kebenaran tapi tidak seluruhnya, dg niatan utk menyesatkan. Meski doktrin ini biasa dihubungkan dg kaum Shia, kaum sunni juga mempraktekannya sepanjang sejarah islam, karena itu adalah dasar2 Quran [4]. Ibn Kathir, yg adalah Shia, menjelaskan bahwa “para akademisi setuju bahwa jika seseorang dipaksa utk tidak percaya, dibolehkan baginya utk ikut serta dg mereka dg maksud menyelamatkan diri atau utk menolak.” [5].
Para pejihad saat ini telah berbicara dg menggunakan praktek penipuan ini sepenuhnya. Ingat bahwa lain kali anda melihat seorang juru bicara muslim di TV yg mengatakan persahabatan dg non muslim dan kesetiaannya terhadap negara non muslim. Tentu saja, dia mungkin berkata benar – tapi mungkin juga berkata setengah benar atau dia berbohong. Dan hampir pasti bahwa siapapun yg melakukan wawancara tidak akan bertanya padanya tentang ayat Quran yg satu ini.
Tapi apa yg dimaksud paksaan dalam hal ini? Ibn Kathir kelihatannya hanya menyebutkan paksaan fisik, tapi pemaksaan ada banyak bentuknya. Mungkinkah juru bicara islam dinegara ini merasa terpaksa bermain lemah atau menyangkal aspek2 agama mereka yg oleh para kafir anggap tidak cocok?
Pencurian: tergantung mencuri dari siapa
Hukum islam terkenal akan hukuman2nya yg berat – dan mungkin yg paling terkenal adalah pemotongan tangan (dan kaki jika tangannya sudah habis, ada haditsnya tentang ini, penerjemah) karena mencuri: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Q 5.38]
Tapi disini lagi2, situasinya berbeda jika mencuri daripara kafir yg dirasa berperang melawan islam. Kita tahu bahwa Quran membuat hukum2 pembagian rampasan perang, dan menetapkan bahwa seperlimanya bagi Allah dan amal (Q 8:41). Dan setelah Muhammad menandatangani perjanjian Hudaybiyya dg Quraish (lihat bab satu), dia meyakinkan kembali para pengikutnya yg kecewa akan ini dg janji rampasan perang yg lebih banyak lagi: “Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan- Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan) mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus.” (Q 48.20). Contoh2 yg mana para muslim benar2 mendapatkan barang rampasan perang ada banyak sekali.
Pembunuhan: tergantung siapa yg kau bunuh
Para pembela muslim suka mengutip Quran 5:32: “barang siapa yang embunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” Tapi, ayat yg sering dikutip ini sebenarnya tidak mencakup larangan membunuh seperti yg kelihatannya. Satu hal, ayat ini ditujukan pada “turunan Israel” dan untuk masa lalu; tidak ditujukan bagi para muslim. Ayat ini sebenarnya ada sebagai bagian dari peringatan bagi para yahudi agar jangan berperang melawan Muhammad, atau mereka akan mendapat hukuman yg mengerikan. Poinnya adalah bahwa Allah menegur Bangsa Israel agar jangan menyebarkan “kesesatan dibumi”. Dan masih saja mereka terus melakukan itu:
John Quincy Adams mengenai Islam:
“Di abad ke-7 dari era Kristen, seorang arab pengembara dari garis keturunan Hagar (yakni Muhammad), orang mesir, menggabungkan kekuatan pemikiran dg kefanatikan diluar batas normal dan semangat tipuan yg lihai, mengaku sebagai seorang utusan dari surga, dan menyebarkan kehancuran dan delusi pada sebagian penduduk bumi. Dg mengadopsi dari konsep hukum Mosaik, doktrin Tuhan yg maha esa; dia kaitkan dg semua itu sebuah pemalsuan yg berani, bahwa dia sendiri adalah sang nabi dan rasul. Perjanjian Baru, iman dan harapan akan hidup kekal serta pahala2nya, semua itu dia gantikan dg hadiah2 dan janji2 akan kepuasan seksual. Dia racuni sungai kebahagiaan umat manusia tepat pada mata airnya, dg merendahkan kondisi dari para wanita, dan ijin akan poligami dan dia umumkan perang yg memusnahkan, yg tidak dia beda2kan, sebagai bagian dari agamanya, melawan seluruh umat manusia lainnya. INTI DARI DOKTRINYA ADALAH KEKERASAN DAN BIRAHI: MEMULIAKAN KEBRUTALAN DIATAS SPIRITUALITAS UMAT MANUSIA…Antara dua agama ini, dg demikian sangat bertolak belakan dalam karakter2nya, sebuah perang berumur 1200 tahun telah terjadi. Sebuah perang yg menggemparkan. . sementara dogma seksual dan kejam dari nabi palsu ini akan memberikan motif2 bagi tindakan manusia, hingga tidak akan pernah ada damai dan kebaikan2 di muka bumi bagi penduduknya. ” (Penegasan dg huruf besar berasal dari teks aslinya).
“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterang an yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya) . Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar” (Q 5.31-33)
Malah. Dalam Quran ada perintah berperang untuk “bunuh orang2 kafir” (9.5, 2.191), sudah jelas bahwa dalam kasusi ini, seperti juga dalam kasus2 lain, ada satu standar bagi orang muslim dan standar lain bagi kafir. Tentu saja, Quran mengatakan bahwa “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)” (4.92), tapi tidak pernah ada pernyataan yg mirip seperti ini bagi orang kafir.
Ini berujung pada hal yg sudah diperkirakan yaitu standar ganda dalam hukum islam. “Pembunuhan yg hak,” menurut sekolah hukum Muslim Sunni Shafi’i, “adalah, pembunuhan terhadap orang kafir, salah satu pelaku kejahatan yg paling curuk.” Ditetapkan pula bahwa “pembalasan dendam itu wajib … terhadap siapapun yg dg niat murni dan tanpa hak membunuh seorang manusia ” Tapi, tidak diijinkan membalas dendam dalam kasus “seorang muslim yg membunuh seorang kafir.” [6].
Seorang pemimpin sufi Iran, Sheikh Sultan Hussein Tabandeh, yg mempunyai pengaruh cukup kuat dalam mengarahkan hukum2 Republik Islamnya Khomeini, menulis A Muslim Commentary on the Universal Declaration of Human Rights (Sebuah penjelasan muslim tentang Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia). Sementara ia menyatakan mendukung hukuman mati jika seorang muslim yg jadi korbannya (terbunuh), tapi Tabandeh menentang hukuman mati jika pembunuhnya adalah seorang muslim dan korbannya non muslim: “Karena Islam menganggap non muslim sebagai pihak yg tingkat/harkatnya lebih rendah dalam hal keyakinan dan kepercayaan, maka jika seorang muslim membunuh non muslim.. maka hukumannya tidak harus sebagai pembalasan dendam akan kematian tsb, karena iman dan pendirian yg dia punya lebih tingggi dari orang yg dia bunuh. Cuma denda yg boleh dihukumkan padanya” [7].
Nilai2 Moral Universal? Ngga ada tuh.
Dalam buku terkenalnya The Abolition of Man, seorang apologis Kristen C.S. Lewis (1898-1963) mengumpulkan contoh2 dari apa yg dia sebut Tao atau hukum Alam: prinsip yg dipegang orang2 dalam budaya dan masyarakat yg berbeda2. Prinsip2 ini termasuk “Kewajiban pada ayah ibu, orang yg tua, nenek moyang”; “Kewajiban pada anak dan cucu”; “Hukum kejujuran dan kesetiaan; dan banyak lagi. Dia menggambarkan keuniversalan dari prinsip2 ini dg kutipan dari sumber bermacam2 seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, Aeneid dari Virgil, Bhagawad Gita, Analect dari Confucius, tulisan2 Aborigin Australia dan yg lain2nya. Yg sama sekali tidak ada adalah kutipan2 dari Quran atau sumber2 muslim lainnya.
Ketiadaan ini mungkin karena kekurang tahuan dari Lewis akan Islam. Tapi ini tetap saja aneh, melihat dimana Lewis tinggal dan peran dari dari negaranya, Inggris, didaerah timur tengah dan asia. Pastinya anda berpikir, harusnya dia menemukan ilustrasi2 untuk beberapa prinsip yg dikumpulkannya yg berasal Quran. Masalah bagi Lewis mungkin adalah bahwa Islam sama sekali tidak berpegangan pada apa yg dia sebut “The Law of General Beneficence” (Hukum Kemurahan Hati yg Umum): Orang tidak mesti murah hati kecuali pada sesama muslim. Fakta tidak menyenangkan adalah bahwa Islam sama sekali tidak mengajarkan Golden Rule (Aturan Emas). Ucapan Yesus bahwa “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Matius 7:12) kelihatannya ada pada tiap tradisi agama diplanet ini, kecuali Islam. Quran dan Hadits membuat perbedaan yg begitu tajam antara orang percaya (muslim) dan orang tidak percaya (kafir) hingga tidak ada ruang bagi perintah2 apapun utk bersikap murah hati secara umum. Para kafir harus ditanyai, dicurigai, ditentang dan dilawan. Itu saja. Tidak ada toleransi. Tidak pernah ada cinta.
Inilah yg membuat Islam begitu sangat berbeda dari tradisi2 agama lainnya. Adalah sangat mustahil utk membayangkan pembenaran dari Sheik Tabandeh yg tanpa malu2 mengatakan utk menghukum mereka yg membunuh kafir lebih ringan dari mereka yg membunuh muslim dalam ajaran agama modern manapun, selain Islam.
Mitos PC: Islam melarang membunuh orang tak bersalah
Dalam gema akibat serangan 11 September 2001, banyak pembicara mulsim dan analis2 Timur tengah di barat meyakinkan kita bahwa Islam melarang mengambil nyawa orang tak bersalah, dan mereka mengatakan bahwa itu berlaku bagi mayoritas muslim diseluruh dunia. Pembunuhan tiga ribu orang di menara WTC oleh Osama bin Laden bukanlah utk memenuhi ajakan jihad islam, tapi adalah sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan.
Tapi hukum islam tidaklah begitu jelas menentang pembunuhan orang tak bersalah. Quran hanya melarang membunuh wanita dan anak2 “kecuali mereka melawan muslim” [9]. Dan ini telah dg luas ditafsirkan sebagai ijin utk membunuh rakyat sipil jika mereka berlaku seakan membantu usaha2 melawan muslim. Ini juga menjadi satu dasar pernyataan tegas bahwa tidak ada rakyat sipil di Israel. Beberapa pemimpin muslim berpendapat berdasarkan itu, siapapun yg ada di Israel adalah boleh dibunuh, karena telah menginjak tanah kepunyaan muslim dan karenanya berperang dg islam. Yg lainnya, seperti Sheikh Yusuf al Qaradawi yg terkenal didunia internasional, agak berbeda: “wanita2 israel tidak seperti wanita2 dalam masyarakat kita karena wanita israel ikut militer. Kedua, saya anggap operasi martir seperti ini sebagai indikasi keadilan dari Allah SWT. Allah itu adil. Melalui kebijaksanaanNya yg tak terbatas telah memberi kaum yg lemah apa yg tidak dimiliki oleh kaum yg kuat dan itu adalah kemampuan utk mengubah tubuh mereka menjadi bom seperti yg dilakukan orang2 Palestina” [11].

0 komentar:

 
 
 

Berikan comment anda..